Selamat Datang

Selamat Datang, Diharapkan bersedia untuk memberikan komentar dan saran. Terima Kasih

Kamis, 03 Februari 2011

Peran Pekerja Sosial Dalam Kehidupan Masyarakat

Di masa lalu, pendekatan pembangunan yang sering dipakai untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat senantiasa berporos pada pertumbuhan ekonomi yang sentralistis dan bersifat top-down. Dalam pendekatan yang demikian, masyarakat yang menjadi sasaran pembangunan tidak dilibatkan dan bahkan diasingkan dari proses pembangunan yang sesungguhnya terkait dengan hajat hidup mereka. Dimensi partisipatif dari pembangunan telah diabaikan. Masyarakat tidak dipandang sebagai aktor yang memiliki potensi dan kemampuan dalam mengembangkan kualitas hidupnya. Mereka sering dianggap hanya sebagai penerima pasif dari berbagai ragam kegiatan pembangunan. Mereka dipinggirkan atas nama pembangunan.


A. Latar Belakang
Di masa lalu, pendekatan pembangunan yang sering dipakai untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat senantiasa berporos pada pertumbuhan ekonomi yang sentralistis dan bersifat top-down. Dalam pendekatan yang demikian, masyarakat yang menjadi sasaran pembangunan tidak dilibatkan dan bahkan diasingkan dari proses pembangunan yang sesungguhnya terkait dengan hajat hidup mereka. Dimensi partisipatif dari pembangunan telah diabaikan. Masyarakat tidak dipandang sebagai aktor yang memiliki potensi dan kemampuan dalam mengembangkan kualitas hidupnya. Mereka sering dianggap hanya sebagai penerima pasif dari berbagai ragam kegiatan pembangunan. Mereka dipinggirkan atas nama pembangunan.
Kemudian setelah pendekatan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat senantiasa berporos pada pertumbuhan ekonomi yang sentralistis dan bersifat top-down kurang berhasil ataupun dapat dikatakan mengalami kegagalan maka pemrintah mulai melakukan perubahan pendekatan misalnya menggunakan pendekatan Community Development atau Pengembangan Masyarakat (PM) yang kini semakin populer sebagai salah satu pendekatan pembangunan yang berwawasan lokal, partisipatif dan edukatif. Secara akademis, pengembangan masyarakat dikenal sebagai salah satu metode pekerjaan sosial (social work) yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi sosial. Menurut Johnson (1984), pengembangan masyarakat merupakan spesialisasi atau setting praktek pekerjaan sosial yang bersifat makro (macro practice).

B. Peranan Pekerja Sosial Dalam Intervensi Makro
Peranan Pekerjaan Sosial secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu Peranan Pekerjaan Sosial yang bersifat mikro (micro practice) dan Pekerjaan Sosial yang bersifat makro (macro practice). Dalam penulisan ini sesuai dengan jurusan penulis yaitu Pengembangan Sosial Masyarakat (PSM) maka hanya akan megemukakan peranan pekerjaan sosial yang bersifat makro. Dalam setting pekerjaan sosial yang bersifat makro (macro practice) Secara umum peran Pekerja Sosial adalah sebagai berikut
1. FACILITATIVE ROLES: Social Animation, Mediation and Negotiation, Support, Building consensus, Group facilitation, Utilisation of skills and Resources, Organising.
Peranan-peranan yang dikelompokan sebagai peran fasilitatif adalah peranan yang berkaitan dengan menstimulasi atau mendukung pengembangan masyarakat.
a. Animasi Sosial
Animasi sosial menggambarkan suatu peranan yang penting dalam praktek pekerjaan sosial masyarakat, yaitu kemampuan untuk mengilhami, menyemangati, mengaktifkan, menggerakan dan memotivasi orang lain untuk bertindak.


b. Mediasi dan Negosiasi
Pekerja sosial masyarakat akan sering berhadapan dengan konflik-konflik, seorang pekerja sosial masyarakat kadang-kadang berperan sebagai mediator.
c. Dukungan ( support )
Satu dari peranan pekerja sosial masyarakat yang sangat penting adalah untuk memberikan dukungan kepada orang-orang yang dilibatkan dalam struktur dan aktivitas masyarakat.
d. Membangun Konsensus
Membangun kesepakatan merupakan perluasan dari peranan mediasi yang dibahas sebelumnya. Peranan ini menekankan pada tujuan umum/bersama, mengidentifikasi alasan-alasan umum, dan menolong masyarakat untuk mengarah pada kesepakatan yang dapat diterima oleh orang lain.
e. Fasilitasi Kelompok
Dalam berbagai hal, seorang pekerja sosial masyarakat akan memainkan peranan fasilitas dengan suatu kelompok, apakah secara formal sebagai seorang pemimpin, atau secara informal sebagai anggota kelompok yang mampu membantu kelompok untuk mencapai tujuannya dengan cara efektif.
f. Pemanfaatan Keterampilan dan Sumber-sumber
Peran penting dari pekerja sosial masyarakat adalah untuk mengidentifikasi dan menempatkan sumber-sumber, dan membantu masyarakat untuk melihat bagaimana sumber-sumber itu dapat digunakan.
g. Pengorganisasian
Organisasi digambarkan sebagai seseorang yang “membuat sesuatu terjadi”. Peranan ini memerlukan peranan berfikir apa yang perlu dilakukan, dan meyakinkan bahwa hal itu terjadi/terwujud.
2. EDUCATIONAL ROLES: Consciousness raising, Informing, Confronting, training.
Kategori kedua dari peranan pekerja sosial masyarakat adalah peranan edukasional. Jika pada peranan fasilitatif, pekerja terlibat dalam menstimulasi dan mendukung proses-proses masyarakat, maka peranan edukasional menuntut pekerja lebih aktif dalam setting agenda. Peranan seorang pekerja sosial masyarakat terdiri atas:
a. Menumbuhkan kesadaran
Menumbuhkan kesadaran dimulai dengan menghubungkan pribadi dengan politik, atau individu dengan struktural.
b. Menginformasikan
Secara sederhana memberikan informasi yang relevan kepada orang/masyarakat dapat menjadi peranan yang sangat bermanfaat bagi seorang pekerja sosial masyarakat.
c. Mengkonfrontasikan
Dalam beberapa situasi masalah, mungkin merupakan hal yang besar dan bahwa kelompok atau masyarakat tidak mampu menghadapinya, maka pekerja sosial masyarakat perlu mengkonfrontasikan kelompok dengan konsekuensi-konsekuensi tindakannya.
d. Pelatihan
Pelatihan merupakan peranan edukatif yang sangat khusus, peranan ini secara sederhanan menyangkut mengajar orang-orang atau masyarakat bagaimana melakukan sesuatu.
3. REPRESENTATIONAL ROLES: Obtaining resources, Advocacy, Using the media, Public relation, Networking, Sharing knowledge and Experience.
Istilah peranan ini yaitu representasi digunakan untuk menunjukan peranan pekerja sosial masyarakat dalam berinteraksi dengan badan-badan eksternal/luar, demi kepentingan atau keuntungan masyarakat. Peranan-peranan ini antara lain:
a. Memperoleh Sistem Sumber
Disatu sisi, prinsip kepercayaan diri berusaha memanfaatkan sumber-sumber yang mungkin diperoleh dari dalam masyarakat, namun ada waktunya bila seorang pekerja sosial masyarakat perlu mencari sumber-sumber dari sumber eksternal.
b. Advokasi
Disini pekerja sosial masyarakat mewakili kepentingan individu, kelompok dan masyarakat itu dan meletakkan kasus mereka pada urusan yang lebih baik. Peranan advokasi merupakan peranan yang sangat berkuasa, dan dengan peranan ini pekerja sosial masyarakat mudah berada/masuk dalam posisi yang berwenang.
c. Media Massa
Pekerja sosial masyarakat dalam beberapa hal perlu menggunakan media secara efektif. Peranan ini menyangkut kemampuan pekerja sosial masyarakat dalam penerbitan, melakukan interview di radio, televise atau media cetak atau partisipasi dalam suatu debat atau forum.
d. Hubungan Masyarakat
Pekerja sosial masyarakat perlu menyadari tentang image yang perlu diproyeksikan oleh proyek masyarakat, dan untuk mempromosikan image/gagasan yang tepat dalam konteks yang lebih luas.
e. Jaringan Kerja
Jaringan kerja berarti membangun hubungan dengan banyak orang, dan mampu memanfaatkan mereka untuk mempengaruhi perubahan.
f. Berbagi Pengetahuan dan Pengalaman
Pekerja sosial perlu saling membagi pengalaman dengan orang lain, baik dengan sesame pekerja sosial masyarakat maupun dengan anggota masyarakat.
4. TECHNICAL ROLES: Data collection and Analysis, Using computers, verbal and Written presentation, Management, Financial control
a. Pengumpulan dan analisa data
Peranan ini berkaitan dengan peranan pekerja sosial masyarakat dalam penelitian sosial. Menggunakan berbagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial untuk mengumpulkan data yang relevan dan untuk menganalisa dan menyajikannya.
b. Penggunaan Komputer
Sangatlah penting bagi pekerja sosial masyarakat untuk mampu menggunakan computer, selain itu penggunaan computer dapat menjadi bagian dari strategi pengembangan masyarakat untuk membantu anggota masyarakat lainnya dalam memperoleh keterampilan computer.
c. Persentasi Lisan dan Tulisan
Pekerja Pekerja sosial masyarakat pasti membuat tulisan-tulisan, tulisan-tulisan ini mencakup laporan tertulis, pengeluaran dana, laporan-laporan pertemuan, kertas diskusi dan surat-surat.
d. Manajemen
Peranan manajemen menjadi penting pada saat pertanggung jawaban pengelolaan proyek. Pada level masyarakat, konsep-konsep seperti manajemen menengah tidak diterapkan secara normal.
e. Kontrol Finansial
Peranan teknis yang terakhir adalah manajemen keuangan. Dalam bidang ini, biasanya pekerja sosial masyarakat memiliki latar belakang atau pengalaman sedikit dalam hal ini, dan mungkin akan lebih baik bila ia mencari asisten yaitu orang yang memiliki keahlian akuanting.





C. Peran Pekerja Sosial Sebagai Pendamping dan Pembimbingan Sosial Dalam Pengembangan Masyarakat
Pengembang Masyarakat meliputi perencanaan, pengkoordinasian dan pengembangan berbagai aktivitas pembuatan program atau proyek kemasyarakatan. Dalam praktiknya Pengembangan Masyarakat melibatkan beberapa aktor, seperti Pekerja Sosial, masyarakat setempat, lembaga donor serta instansi terkait, yang saling berkerjasama mulai dari perancangan, pelaksanaan, sampai evaluasi terhadap program atau proyek tersebut.
Sesuai dengan diktum pekerjaan sosial, yakni “membantu orang agar mampu membantu dirinya sendiri”, Pengembangan Masyarakat sangat memperhatikan pentingnya partisipasi sosial dan pemberdayaan masyarakat. Dalam konteks ini dan bahkan dalam hampir semua praktek pekerjaan sosial, peranan seorang community worker seringkali diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan sebagai penyembuh atau pemecah masalah (problem solver) secara langsung, peran pekerja sosial dalam Pengembangan Masyarakat berpusat pada tiga visi yang dapat diringkas menjadi 3P, yaitu: pemungkin (enabling) pendukung (supporting), dan pelindung (protecting). Prinsip utama peranan ini adalah “making the best of the client’s resources”. Klien dan lingkungannya dipandang sebagai sistem yang dinamis dan potensial dalam proses pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan sosial.

Sebagaimana dinyatakan oleh Payne (1986:26): “Whenever a social worker tries to help someone, he or she is starting from a position in which there are some useful, positive things in the client’s life and surroundings which will help them move forward, as well as the problems or blocks which they are trying to overcome. Part of social work is finding the good things, and helping the client to take advantage of them.”

Ada beberapa peran yang dapat dimainkan pekerja sosial dalam Pengembangan Masyarakat. Peran-peran di bawah ini sangat relevan diketahui oleh para pekerja sosial.
1. Peran Sebagai Fasilitator
Dalam literatur pekerjaan sosial, peranan “fasilitator” sering disebut sebagai “pemungkin” (enabler). Keduanya bahkan sering dipertukarkan satu-sama lain. Seperti dinyatakan Parsons, Jorgensen dan Hernandez (1994:188), “The traditional role of enabler in social work implies education, facilitation, and promotion of interaction and action.” Selanjutnya Barker (1987) memberi definisi pemungkin atau fasilitator sebagai tanggungjawab untuk membantu klien menjadi mampu menangani tekanan situasional atau transisional.
2. Peran Sebagai Broker
Dalam pengertian umum, seorang broker membeli dan menjual saham dan surat berharga lainnya di pasar modal. Seorang beroker berusaha untuk memaksimalkan keuntungan dari transaksi tersebut sehingga klien dapat memperoleh keuntungan sebesar mungkin. Pada saat klien menyewa seorang broker, klien meyakini bahwa broker tersebut memiliki pengetahuan mengenai pasar modal, pengetahuan yang diperoleh terutama berdasarkan pengalamannya sehari-hari.
Dalam konteks Pengembangan Masyarakat, peran pekerja sosial sebagai broker tidak jauh berbeda dengan peran broker di pasar modal. Seperti halnya di pasar modal, dalam Pengembangan Masyarakat terdapat klien atau konsumen. Namun demikian, pekerja sosial melakukan transaksi dalam pasar lain, yakni jaringan pelayanan sosial. Pemahaman pekerja sosial yang menjadi broker mengenai kualitas pelayanan sosial di sekitar lingkungannya menjadi sangat penting dalam memenuhi keinginan kliennya memperoleh “keuntungan” maksimal.
3. Peran Sebagai Mediator
Pekerja sosial sering melakukan peran mediator dalam berbagai kegiatan pertolongannya. Peran ini sangat penting dalam paradigma generalis. Peran mediator diperlukan terutama pada saat terdapat perbedaan yang mencolok dan mengarah pada konflik antara berbagai pihak. Lee dan Swenson (1986) memberikan contoh bahwa pekerja sosial dapat memerankan sebagai “fungsi kekuatan ketiga” untuk menjembatani antara anggota kelompok dan sistem lingkungan yang menghambatnya.
4. Peran Sebagai Pembela
Dalam praktek pengembangan masyarakat, seringkali pekerja sosial harus berhadapan sistem politik dalam rangka menjamin kebutuhan dan sumber yang diperlukan oleh klien atau dalam melaksanakan tujuan-tujuan pendampingan sosial. Manakala pelayanan dan sumber-sumber sulit dijangkau oleh klien, pekeja sosial haru memainkan peranan sebagai pembela (advokat). Peran pembelaan atau advokasi merupakan salah satu praktek pekerjaan sosial yang bersentuhan dengan kegiatan politik.
5. Peran Sebagai Pelindung
Tanggungjawab pekerja sosial terhadap masyarakat didukung oleh hukum. Hukum tersebut memberikan legitimasi kepada pekerja sosial untuk menjadi pelindung (protector) terhadap orang-orang yang lemah dan rentan. Dalam melakukan peran sebagai pelindung (guardian role), pekerja sosial bertindak berdasarkan kepentingan korban, calon korban, dan populasi yang berisiko lainnya. Peranan sebagai pelindung mencakup penerapan berbagai kemampuan yang menyangkut: (a) kekuasaan, (b) pengaruh, (c) otoritas, dan (d) pengawasan sosial.

D. Peran Pekerja Sosial Sebagai Fasilitator
Dalam literatur pekerjaan sosial, peranan “fasilitator” sering disebut sebagai “pemungkin” (enabler). Keduanya bahkan sering dipertukarkan satu-sama lain. Seperti dinyatakan Parsons, Jorgensen dan Hernandez (1994:188), “The traditional role of enabler in social work implies education, facilitation, and promotion of interaction and action.” Selanjutnya Barker (1987) memberi definisi pemungkin atau fasilitator sebagai tanggungjawab untuk membantu klien menjadi mampu menangani tekanan situasional atau transisional.
Strategi-strategi khusus untuk mencapai tujuan tersebut meliputi: pemberian harapan, pengurangan penolakan dan ambivalensi, pengakuan dan pengaturan perasaan-perasaan, pengidentifikasian dan pendorongan kekuatan-kekuatan personal dan asset-asset sosial, pemilahan masalah menjadi beberapa bagian sehingga lebih mudah dipecahkan, dan pemeliharaan sebuah fokus pada tujuan dan cara-cara pencapaiannya (Barker, 1987:49).
Pengertian ini didasari oleh visi pekerjaan sosial bahwa “setiap perubahan terjadi pada dasarnya dikarenakan oleh adanya usaha-usaha klien sendiri, dan peranan pekerja sosial adalah memfasilitasi atau memungkinkan klien mampu melakukan perubahan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama (Parsons, Jorgensen dan Hernandez, 1994). Parsons, Jorgensen dan Hernandez (1994:190-203) memberikan kerangka acuan mengenai tugas-tugas yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial:
 Mendefinisikan keanggotaan atau siapa yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan.
 Mendefinisikan tujuan keterlibatan.
 Mendorong komunikasi dan relasi, serta menghargai pengalaman dan perbedaan-perbedaan.
 Memfasilitasi keterikatan dan kualitas sinergi sebuah sistem: menemukan kesamaan dan perbedaan.
 Memfasilitasi pendidikan: membangun pengetahuan dan keterampilan.
 Memberikan model atau contoh dan memfasilitasi pemecahan masalah bersama: mendorong kegiatan kolektif.
 Mengidentifikasi masalah-masalah yang akan dipecahkan.
 Memfasilitasi penetapan tujuan.
 Merancang solusi-solusi alternatif.
 Mendorong pelaksanaan tugas.
 Memelihara relasi sistem.
 Memecahkan konflik.
1. Kemampuan Seorang Fasilitator
a. Berkomunikasi dengan baik
Fasilitator harus mendengarkan pendapat setiap anggota kelompok, menyimpulkan pendapat mereka, menggali keterangan lebih lanjut dan membuat suasana akrab dengan peserta diskusi kelompok.
b. Menghormati sesama anggota kelompok
Fasilitator harus menghargai sikap, pendapat dan perasaan dari setiap anggota kelompok.
c. Berpengetahuan
Fasilitator harus mempunyai pengetahuan yang cukup terhadap setiap persoalan yang akan dibahas. Ia harus memiliki minat yang besar terhadap berbagai persoalan yang ada.
d. Bersifat terbuka
Fasilitator harus dapat menerima pendapat atau sikap yang mungkin kurang sesuai yang disampaikan oleh anggota kelompok. Fasilitator harus menanggapi hal tersebut di atas dengan sikap terbuka, sambil tertawa atau bergurau


2. Teknik Fasilitator
Dalam melaksanakan tugas sebagai Fasilitator, baik dalam menyampaikan materi pelatihan, memberikan bimbingan atau diskusi, terdapat teknik-teknik, sebagai berikut:
a. Pencairan Suasana
Maksud pencairan suasana adalah agar suasana diskusi kelompok menjadi tenang, nyaman, santai dan tidak beku/tegang. Maka Fasilitator harus memperlihatkan raut wajah yang ramah, banyak senyum serta dalam memberikan contoh atau celetukan yang lucu tetap dalam suasana terkendali. Waktu untuk pencairan suasana cukup maksimal 10 menit, dan hal ini dilakukan pada saat pertemuan pertama.
b. Ceramah
Ceramah adalah menyampaikan materi kepada anggota kelompok agar pesan dan kesan yang benar dapat dipahami oleh peserta. Untuk memudahkan digunakan alat Bantu seperti materi ceramah, alat tulis, white board, LCD dan lain-lain. Waktu yang diperlukan untuk ceramah disesuaikan dengan banyaknya materi yang akan dibahas dan tidak membuat bosan atau menggurui peserta.
c. Diskusi
Diskusi adalah pendalaman materi yang dilakukan secara komunikasi ”two way traffic” atau dua arah, sehingga akan memberikan arti lebih mendalam bagi anggota kelompok. Fasilitator bertindak sebagai penengah dan memberikan kesempatan berbicara pada semua anggota kelompok, agar anggota juga merasa lebih dihargai pengetahuan atau pendapatnya.
d. Permainan
• Kuis
Permainan kuis adalah cara mudah bagi kelompok untuk mengulang atau mengingat kembali materi yang telah disampaikan agar kita yakin bahwa isi dari materi telah dapat dimengerti sepenuhnya oleh peserta kelompok.
Contoh dari kuis adalah penggunaan questioner yang berisi pernyataan dengan jawaban mudah yaitu Ya atau Tidak, atau Benar atau Salah. Beberapa pernyataan sengaja dibuat salah, sehingga jawaban yang benar harus diterangkan oleh peserta kelompok. Sedangkan bagi beberapa pernyataan yang benar, fasilitator hanya bertugas untuk menegaskan kebenaran pernyataan tersebut.
• Bermain Peran (Roles playing)
Permainan peran adalah cara yang sangat efektif untuk belajar bersikap secara benar bagi peserta dan sangat membantu peserta kelompok apabila mereka menemukan masalah yang nyata di kemudian hari. Untuk permainan ini dapat dibuat kartu-kartu cerita, kasus atau dialog yang dibuat untuk permainan individual maupun kelompok.



E. Peran Pekerja Sosial Sebagai Fasilitator Dalam Assesment Dan Planning
1. Pengertian Assesment
Assesment adalah pengungkapan dan pemahaman masalah. Assessment merupakan suatu langkah penting dalam proses pemecahan masalah. Assessment ini meliputi pengkajian tentang factor-faktor penyebab, serta pengkajian dan pemahaman tentang apa yang dapat dilakukan / dirubah untuk meminimalkan atau pemecahan masalah ( Barker dalam Ashman, 1993).
Peksos melakukan pengkajian terhadap situasi masalah dalam situasional. Untuk memahami seseorang maka perlu pula memahami berbagai kekuatan yang mempengaruhi orang tersebut Suatu masalah adalah unik. Masalah juga sangat dipengaruhi oleh konstelasi berbagai unsur yang saling berinteraksi serta saling memberi pengaruh. Dengan demikian maka pemberian makna atas suatu masalah atau kebutuhan tidak dapat direplikasikan untuk sistem lain. Pemahaman secara terindividualisasi terhadap permasalahan atau kebutuhan inilah yang membuat assessment dalam proses pemecahan masalah merupakan suatu tahapan yang amat penting.
2. Pengertian Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan proses rasional yang disusun dan dirumuskan oleh pekerja sosial yang meliputi kegiatan-kegiatan :
a. apa yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah klien
b. apa tujuan pemecahan masalah tersebut
c. siapa sasarannya
d. bagaimana cara memecahkan masalah tersebut
Rencana intervensi yang disusun dan dirumuskan selalu berlandaskan pada assesmen yang telah dilakukan sebelumnya. Rumusan suatu rencana merupakan alat untuk menjembatani antara assesmen dengan intervensi
3. Contoh Kasus
Setelah dilakukan assessment di lingkungan warga RT 02 RW 04 dapat disimpulkan bahwa Warga RT 02 RW 04 Kelurahan Dago Kecamatan Coblong kota Bandung adalah sekelompok warga yang hidup bersama, sebagian anggota hidupnya hidup dengan kesederhanaan, ini semua karena mereka kebanyakan tidak mempunyai pekerjaan yang tetap yang diakibatkan oleh rendahnya tingkat pendidikan. Mereka selalu berusaha menjaga kerukunan antara mereka, hal ini mungkin karena ada sebagian mereka masih memiliki tali ikatan persaudaraan. Mereka hidup dengan saling memberikan perhatian serta kepedulian antar sesama warga dan mereka juga terbuka kepada pendatang yang tinggal di lingkungan mereka.
Warga RT 02 yang sebagian dari anggota masyarakatnya memiliki masalah yaitu, sulitnya mendapatkan pekerjaan tetap (75 % menjadi buruh lepas) yang dikarenakan oleh tingkat pendidikan yang rendah dan minimnya kemampuan (80 % hanya berpendidikan SLTP). Akibat dari tidak mempunyai pekerjaan tetap dan rendahnya pengetahuan yang bisa menjamin kelangsungan hidup mereka, maka balita-balita mereka mengalami permasalahan yaitu mengalami masalah kurang gizi. Karena untuk memenuhi gizi balita mereka membutuhkan uang, sedangkan sebagian masyarakat yang ada tidak mempunyai jaminan hidup yang jelas. Sedangkan sumber yang ada adalah posyandu dalam hal ini posyandu hanya memberikan pelayanan-pelayanan yang sederhana saja, yang mana secara keselurahan kegiatan itu bisa dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri.
Kebutuhan masyarakat disini adalah terutama memiliki pekerjaan yang layak hal ini semua untuk kelangsungan hidup mereka, bisa menyekolahkan anak-anak mereka , bisa memberikan yang terbaik buat keluarga dan mereka juga merasa hidup mereka lebih terjamin, serta masa depan anak-anak merekapun ikut terjamin. Wargapun mengharapkan kesehatan balita-balita mereka dan konteks ini bisa menjaga kesehatan dan peningkatan gizi balita. Hal ini semua membutuhkan kerjasama dan partisipasi masyarakat secara aktif mulai dari memikirkan, merencanakan serta melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam penaggulangan masalah-masalah yang dialami.


DAFTAR PUSTAKA

Sukoco, Dwi Heru. 1991. Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongannya. Bandung: Koperasi Mahasiswa STKS.
Ife, Jim. 1995. Community Development Creating community alternatives-vision, analysis and practice. Australia: Longman.
Departemen Sosial RI. 1997. Istilah Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial.
Edi Suharto, Ph.D, 2005, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung : PT. Refika Aditama
Miftahul Huda, 2008, Pekerjaan Sosial Dan Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Dra. Yuti Sri Ismudiati, M.Si.2010. Bahan Ajar Mata Kuliah Metoda Dan Proses Pekerjaan Sosial. Bandung
Edi Suharto, Ph.D, Pendampingan Sosial Dalam Pengembangan Masyarakat,
Makalah disajikan pada Pelatihan Pengembangan Masyarakat Bagi Pengurus Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Tingkat Propinsi se Indonesia, Pusdiklat Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat Depsos RI, Jl. Dewi Sartika No. 200, Jakarta, Rabu 28 Agustus 2002

Edi Suharto, Ph.D, Peran Pekerja sosial dalam Community Development.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar