Selamat Datang

Selamat Datang, Diharapkan bersedia untuk memberikan komentar dan saran. Terima Kasih

Rabu, 03 Agustus 2011

Makna Puasa Untuk Ibadah Yang Lainnya

Pada umumnya kita ketahui, bahwa agama Islam penuh dengan perumpamaan simbol dan lambang- lambang. Hal ini,kiranya diciptakan Allah Ta’ala untuk memudahkan dan membuat kita akrab dengan ajaran agama, dengan merasakan suasana yang sepenuhnya kita sadari dan alami. Misalnya, ada hadits, “Miftahul Jannah La Ilaha Illa Llah”, (Kunci surga itu adalah pengucapan (penghayatan,pengamalan) bahwa Tiada Tuhan melainkan Allah) atau intinya “Menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya”.
Dalam konteks puasa Ramadhan, yang sedang kita laksanakan pada saat ini. Puasa disebut Nabi Muhammad SAW sebagai pintu ibadah. Nabi bersabda “Li kulli Syaiin Babun, wa Babul Ibadah as Shaumu”,(Setiap segala sesuatu itu ada pintunya, dan pintu ibadah adalah puasa). (H.R. Ibn Al-Mubarak dalam Az-zuhud )
Mengingat dan menimbang penting manfaat ibadah puasa ini, maka seringkali diberlakukan sebagai ibadah “terapi” sebagai penangkal tumbuh liarnya nafsu, misalnya dalam hadits riwayat Imam Al Bukhari dari Ibn Mas’ud, dapat kita telaah dan artikan anjuran Nabi Muhammad SAW kepada para pemuda yang belum memiliki persiapan matang untuk menikah, dianjurkan untuk berpuasa, yang dalam bahasa beliau disebut sebagai Wija’ (alat kendali/control).






Apakah Benar Puasa Sebagai Pintu Ibadah ??? 

Pada umumnya kita ketahui, bahwa agama Islam penuh dengan perumpamaan simbol dan lambang- lambang. Hal ini,kiranya diciptakan Allah Ta’ala untuk memudahkan dan membuat kita akrab dengan ajaran agama, dengan merasakan suasana yang sepenuhnya kita sadari dan alami. Misalnya, ada hadits, “Miftahul Jannah La Ilaha Illa Llah”, (Kunci surga itu adalah pengucapan (penghayatan,pengamalan) bahwa Tiada Tuhan melainkan Allah) atau intinya “Menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya”.
Dalam konteks puasa Ramadhan, yang sedang kita laksanakan pada saat ini. Puasa disebut Nabi Muhammad SAW sebagai pintu ibadah. Nabi bersabda “Li kulli Syaiin Babun, wa Babul Ibadah as Shaumu”,(Setiap segala sesuatu itu ada pintunya, dan pintu ibadah adalah puasa). (H.R. Ibn Al-Mubarak dalam Az-zuhud )
Mengingat dan menimbang penting manfaat ibadah puasa ini, maka seringkali diberlakukan sebagai ibadah “terapi” sebagai penangkal tumbuh liarnya nafsu, misalnya dalam hadits riwayat Imam Al Bukhari dari Ibn Mas’ud, dapat kita telaah dan artikan anjuran Nabi Muhammad SAW kepada para pemuda yang belum memiliki persiapan matang untuk menikah, dianjurkan untuk berpuasa, yang dalam bahasa beliau disebut sebagai Wija’ (alat kendali/control).
Dalam telaah Sayyid Haidar Al Amuly misalnya, puasa itu “ Asrarus Syariah wa Athwarul Thariqah wa Anwarul Haqiqah”, puasa disebut sebagai pintu ibadah dikarenakan ia berfungsi terhadap dua hal. Pertama, puasa dapat mencegah sesuatu yang dilarang agama dan kedua puasa adalah bentuk penyerangan terhadap godaan syaithan. Penjelasannya seperti berikut.
Pertama, puasa berpotensi mencegah hal- hal yang dilarang, mencegah diri dari nafsu syahwat dan bahwa puasa itu adalah ibadah eksklusif, yakni ibadah rahasia yang hanya diketahui oleh Allah. Berbeda dengan shalat, zakat dan ibadah-ibadah lainnya yang masih mungkin dilihat sesama manusia, sehingga dikhawatirkan tersusupi perasaan bangga dan bertindak pamer dalam melakukan ibadah. Padahal bukankah telah kita ketahui bersama, bahwa “perasaan bangga dan pamer” keduanya adalah salah satu penyebab utama tertolaknya amalan suatu ibadah dan ketaatan ???.
Kedua, puasa adalah sebentuk “penyerangan” terhadap syaithan yang merupakan sebagai musuh Allah dan kita semua. Disebut menyerang syaithan karena ia “syaitan” tidak akan mampu menggoda manusia, kecuali dengan jalan pemenuhan nafsu syahwat. Maksudnya rasa lapar dan dahaga adalah upaya preventif atau pencegahan untuk menaklukkan segala nafsu syahwat yang tidak lain adalah alat atau media syaithan untuk menggoda manusia. Jika alat ini ditiadakan maka menjadi niscaya pula hilangnya aktivitas godaan itu. Karena itu pula mungkin kenapa, Nabi Muhammad bersabda : “ Sesungguhnya syaithan itu menyusuri putra Adam, sebagaimana aliran darah, maka sempitkan alirannya dengan lapar”. Dengan hadits ini, kita dapat memahami makna hakikat hadits Nabi yang diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Nabi Saw pernah bersabda : 
“Apabila bulan Ramadhan tiba, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup. Syaithan-syaithan dibelenggu. Maka berserulah seorang penyeru : “Hai siapa yang menginginkan kebaikan datanglah! Dan siapa ingin (melakukan) kejahatan, cegalah dirimu! (H.R. Turmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim)
Dari komparasi atau gabungan dua hadits di atas, kiranya telah dipahami bahwa yang dimaksud syaithan dibelenggu, lebih mengarah atau mengena dengan diartikan bahwa peluang dan alat syaithan untuk menggoda manusia di bulan puasa Ramadhan benar-benar ditutup, dikendalikan dengan terapi lapar manusia yang berpuasa. Dengan ditutupnya peluang melakukan dosa dapat bermakna pula neraka siksaan telah pula ditutup dan yang tinggal kemudian adalah bekerjanya nurani manusia untuk kembali pada jalan Allah yang membawanya menuju surga keridhaan Allah Ta’ala.
Semuanya kemudian kembali lagi pada pribadi kita masing- masing untuk mengetuk dan mau membuka pintu ibadah ini. Kita sambut dan jemput dengan gempita peluang berharga yang dihadiahkan Allah SWT ini dimana dengan ibadah puasa ini, ibadah- ibadah atau penghambaan yang lain menjadi terbuka dan mudah untuk dimaknai dan dijalankan.


Dirangkum dari berbagai sumber



Selengkapnya...