Sumber : Kompasiana
Selengkapnya...
Setiap tanggal 14 Februari, selalu ada tragedi. Pastinya membuat kita prihatin, sedih, dan juga kecewa campur marah. Mengapa harus prihatin dan sedih, padahal justru di tanggal 14 Februari itu banyak orang merayakan hari kasih sayang? Karena standar penilaian kita sebagai muslim seharusnya berbeda dengan cara pandang orang-orang selain Islam. Apa yang kita pandang baik, bisa salah dalam pandangan mereka. Apa yang mereka pandang baik, besar mungkin salah dalam pandangan kita sebagai muslim. Karena apa? Karena kita berbeda cara pandang sejak awal dalam menyikapi kehidupan ini. Itu letak masalah yang harus kita perhatikan.
Contohnya adalah Valentine’s Day. Banyak orang sigap dan gempita menyambut hajatan ini. Duit yang dikeluarkan demi pesta Valentine’s Day bukan lagi yang perlu dinilai rugi, tapi malah dianggap sebagai investasi. Alasannya: “Merayakan kasih sayang, tentu saja perlu pengorbanan. Uang sekadar alat tukar untuk membeli apa yang kita inginkan. Sama seperti ketika ortu kita mengeluarkan duit untuk biaya sekolah atau kuliah kita. Itu tandanya mereka sayang kepada kita, sehingga uang yang dimilikinya rela ditukar dengan biaya pendidikan kita, dan berharap kita kehidupannya jadi lebih baik.”
Benarkah alasan mereka? Belum tentu, bahkan bisa jadi keliru. Sebab, yang utama esensinya bukan pada “cinta dan pengorbanan untuk cinta”, tetapi letaknya pada: “apakah benar atau salah dalam mengekspresikan cinta dan pengorbanan itu.” Di sinilah perlunya memahami cara pandang Islam. Kita sebagai muslim, kadang nggak ngeh dengan cara Islam mengatur kehidupan. Inilah letak masalah kita. Semoga kita mau berpikir lebih mendalam, jernih dan ideologis.
Valentine’s Day bukan semata hari kasih sayang yang netral tanpa dinodai dengan kepentingan ideologi. Tidak. Hajatan Valentine’s Day memang disetting sedemikian rupa agar pesta yang berasal dari tradisi kaum pagan di jaman Romawi kuno ini diminati, dianggap sebagai bagian sakral dalam kesucian cinta, dijejalkan kepada benak kaum muslimin bahwa mereka harus merayakan Valentine’s Day atau minimal menerima sebagai sebuah realitas yang harus dihargai dalam kehidupan saat ini. Bahkan dalam tataran para pemilik modal, momen Valentine’s Day adalah saatnya jualan, saatnya dagang beragam pernik yang melekat erat identik dengan suasana pesta tersebut: coklat, boneka cupid, gaun pesta, dan sejenisnya. Begitulah ketika cinta dianggap netral, lalu disalah tafsirkan dan bahkan dikapitalisasi.
Bro en Sis ‘penggila’ gaulislam, di awal tulisan ini, saya juga menuliskan bahwa kita seharusnya kecewa dan marah. Lho, kenapa harus kecewa dan marah justru di saat orang gembira menebarkan aroma kasih dan sayang? Jiahahah.. itu cuma kedok sesuai kepentingan pemilik opini yang sengaja menyesatkan jalan pikir manusia. Kita sebagai muslim memang harusnya kecewa dan marah. Kecewa campur marah karena banyak remaja muslim atau para orang tua dari keluarga muslim ikut nyebur dan berbasah kuyup dalam kubangan nista bernama Valentine’s Day. Apakah belum mengerti juga bahwa pesta itu bukan berasal dari ajaran Islam? Atau, jika sudah tahu, kenapa tak mau tahu dengan terus memaksakan diri menghamba kepada arus utama penyesatan opini ini? Well, semoga bukan karena sombong dan hendak menantang kebenaran Islam.
Ketika taklid buta merajalela
Wadduuuh, nih bahasane serius bener. Hehehe.. sekali-kali bolehlah kita serius, Bro. Oya, mungkin sebagian dari kamu nggak ngeh istilah taklid buta. Kalo kudu dijelasin sih, taklid itu artinya mengikuti. Nah, kalo digabung dengan kata “buta”, maka jadinya taklid buta alias ngikutin tanpa tahu alasannya. Intinya, ngikut forever dah, sing penting gaul alasan klisenya. Piye iki rek? (sori pake bahasa planet Majapahit nih. Hehehe..)
Nah, lebih gawat bin bahaya kalo taklid buta sudah merajalela di semua aspek kehidupan dan melanda semua lapisan masyarakat. Contohnya ya, Valentine’s Day itu. Jelas-jelas bukan berasal dari Islam, tapi malah banyak kaum muslimin, khususnya remaja yang ngikut aja tanpa tahu masalahnya. Nggak ngecek bener apa salahnya, nggak ngerasa harus meragukan sama sekali. Sebaliknya malah berprinsip: “Hajar aja bleh! Yang penting gaul, bisa menyalurkan rasa cinta rame-rame, apalagi difasilitasi dan diberikan tempat layak dengan opini yang gemerlap. Apa itu salah?” Hadeuuuh.. ciloko tenan rek, kalo cara berpikir kamu kayak gini! (backsound: bisa-bisa diketawain orang gila! Amit-amit! )
Boyz and galz, kebodohan di masa lalu seharunya menjadi pelajaran supaya jangan diulang di masa sekarang. Eh, nyatanya kita masih tetap aja menyanjung nilai-nilai nenek moyang jaman baheula yang belum tentu benar semua, apalagi yang sudah jelas salah.
Kalo tidak tahu gimana? Ya, jangan nekat ngelakuin. Harus cari tahu dulu sebelum berbuat. Menurut Umar bin Khaththab ra: al-ilmu qobla al-‘amal (ilmu dahulu, sebelum beramal). Betul. Jadi, harus tahu tentang sesuatu sebelum sesuatu itu dikerjakan atau diikuti. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS al-Israa’ [17]: 36)
Sobat gaulislam, taklid buta makin lestari ketika masyarakat secara massal ogah belajar. Sepertinya mereka senang berada dalam zona nyaman kebodohannya tanpa mau menerima kebenaran yang ada di sekitarnya. Buktinya, banyak orang “Say No to Valentine’s Day”, eh, mereka enak-enakan bikin acara “Happy Valentine’s Day”. Itu kan namanya kalo bukan bodoh ya nggak mau tahu alias saudara kembarnya sombong.
Logika berpikir sederhana kan gini: “Kok ada sih orang yang menentang Valentine’s Day? Kenapa ya?” Nah, itu langkah awal untuk cari kebenaran. Bukan malah berpikir: “Ah, itu kan pendapatnya dia. Pendapat saya kan ini.” Waduh, itu sih secara tidak langsung nggak mau nyari kebenaran, tapi mengedepankan pembenaran (apalagi sesuai hawa nafsunya semata).
Sebaliknya, orang cerdas dia juga akan bertanya: “Mengapa ya ada orang yang bela-belain bikin acara Valentine’s Day, padahal itu kan bukan dari ajaran Islam?” Lalu dia tidak berhenti dengan pertanyaan itu. Cari jawabannya dan bandingkan dengan standar yang pasti,yakni kebenaran ajaran Islam. Insya Allah ada jawabannya kalo nyarinya di tempat yang benar. Jangan di tempat yang salah ya.
Sayangnya, tradisi berpikir “skeptis” untuk mencari jawaban yang benar demi mendapatkan keyakinan yang utuh dan ajeg seringkali diabaikan. Banyaknya sih manut saja kepada pembuat opini. Padahal, tujuan memproduksi informasi itu juga tak lepas dari cara pandang. Makanya, info dan opini dari pemilik media satu dengan media lainnya bisa berbeda. Itu karena perbedaan kepentingan, Bro en Sis. Waspadalah! Tetap berpegang-teguhlah kepada ajaran Islam.
Lalu bagaimana dalam kondisi seperti ini? Percayalah kepada Allah Swt. dan RasulNya dengan menjadikan Islam sebagai ideologi kita. Islam yang akan mengatur segala aspek kehidupan kita, dari mulai bangun tidur hingga tidur lagi. Jadikan Islam sebagai jalan hidup kita. Bagaimana agar tahu aturan dan batasan dalam Islam? Ya, belajar deh jawabannya. Belajar secara intensif dan rutin. Untuk urusan belajar ini, kru gaulislam insya Allah bisa bantu deh. So, kontak aja via email atau SMS ya.
Cinta tidak netral
Kecintaan orang kafir dengan cintanya seorang muslim jelas berbeda. Karena memiliki pandangan tentang kehidupan yang berbeda. Maka, tujuan dan cara menempuhnya juga berbeda. Bahkan bisa jadi bertentangan dan menentang satu sama lain. Itu artinya, cinta tidak netral (yang netral cuma band, lho kok jadi ke sini?).
Maka, 14 Februari, bagi kaum muslimin yang sadar dan beriman, adalah tragedi salahnya ekspresi cinta. Gara-gara salah ekspresikan cinta, maka akan merusak nilai dan kesucian cinta itu sendiri. Ujungnya, akan menghilangkan kehormatan manusia dan menjerumuskannya ke dalam kubangan nista hawa nafsu yang mendompleng keindahan cinta.
Bro en Sis, dengan demikian. Sudahlah, tak perlu maksain ikut-ikutan Valentine’s Day, cukup tragedi 14 Februari berhenti di tahun lalu aja. Jangan diulang di tahun ini. Sebagai muslim, yang layak dijadikan sandaran hanyalah ajaran Islam. Ideologi Islam. Bukan ajaran lain atau ideologi lain. Sebab, cara pandang yang disusupi sebuah ideologi akan bertentangan dan bahkan menentang ideologi lain. Kita, kaum muslimin seharusnya menyandarkan alasan hanya kepada ideologi Islam. Bukan kepada ideologi lain. Jika ada kaum muslimin yang masih merengkuh nikmat semu dalam selingkuh dengan ideologi lain, itu artinya sedang menempuh jalan sesat dan perlu disadarkan sesegera mungkin.
Oya, buat kamu yang penasaran dengan asal-usul Valentine’s Day yang memang bukan berasal dari ajaran Islam, kita udah bahas di banyak artikel. Silakan kunjungi website kami, www.gaulislam.com. Cari dan dapatkan sepuasnya. Gratis.
Yuk ah, berbenah diri, jadikan Islam sebagai cara dan jalan hidup kita. Belajar dengan rajin dan tetap semangat berdakwah.
Akhirul keyboard: jaga diri, jaga keluarga, bebaskan mereka dari budaya kufur macam Valentine’s Day ini. Semangat!
Sumber : gaulislam, kompasiana
Selengkapnya...
Sekali waktu Lukman disuruh emak beli daging yang bagus, dia beli hati dan lidah. Begitu juga ketika disuruh beli yang paling busuk, dia beli hati dan lidah. Sebab apa begitu? Sebab menurut Lukman, hati merupakan sumber amal perbuatan yang baik dan lidah dapat menjalin persaudaraan. Tetapi hati juga sumber kedengkian, congkak dan suka berbangga sedang lidah adalah alat rumpi dan lebih melukai dari belati, banyak keseleonya. Kawan, berhubung ruangan sedikit, pada kesempatan ini kita obrolin soal hati saja, lidahnya nanti. Lebih enak bicara hati ke hati. Siapa tahu Anda bisa jatuh hati. Upss!
Pepatah lama; “Hati boleh panas, kepala harus tetap dingin” sudah kadaluarsa. Gak mecing kalau raja (perlambangan hati) panas panglima (perlambangan akal) adem ayem. Gak kompak. Kita ganti pantunnya menjadi “Hati hangat, kepala gak perlu obat”. Soalnya dimana hati sehat hidup pasti afiat. Kalau hati banyak karat kebenaran sulit terlihat.
Ada lagi ungkapan “Ada uang ada hati”. Ini menarik dan berhubungan dengan kebiasaan budaya yang diam-diam kita dukung, karena ada gejala dimasyarakat kita bahwa hanya yang kaya yang dihormati. Jika punya uang Anda dihormati sekalipun tidak punya hati. Artinya orang-orang akan tetap menganggap Anda seolah-olah orang yang punya hati karena adanya uang, walaupun sebenarnya tidak. Orang-orang berhimpun disekeliling, mendekat, memberi hormat dan berkhidmat. Ada banyak forum dan agenda acara menunggu agar Anda bebas bicara apa saja disitu, pembicaraan yang biasanya tidak mengatasi kemelaratan rakyat. Kata prof A Hadi, kalau seorang hidup miskin sekalipun tinggal di tengah pasar, tak seorangpun akan mengunjunginya. Akan tetapi sekalipun seorang tinggal di gunung yang terpencil tetapi kaya raya, orang akan mengunjunginya. Contoh ini cocok menggambarkan situasi kita setidaknya saat ini. Mudah-mudahan besok bisa berubah.
“Ada uang ada hati” memang konsep budaya juga kalau begitu bukan? Walaupun begitu saya ingin mengatakan tentang banyaknya orang yang saya kenal berlimpah harta sekaligus juga kekayaan hati seperti Sulaiman. Tidak perlulah kita sebutkan nama-namanya. Apalah arti sebuah nama, meski seringkali nama-nama sangat bermakna. Disini kita tidak mau bertengkar memperebutkan nama-nama dan makna-makna, apalagi benda-benda. Orang kaya yang baik hatinya itu juga nyata.
Hati-hati, amati hati. Hati menunjuk kepada keseluruhan diri. Ketika seorang jatuh hati, maka berarti jatuh keseluruhan dirinya. Anda jatuh hati pada apa atau pada siapa? Saya jatuh hati saat menyaksikan pertunjukkan teater misalnya. Yang jatuh adalah keseluruhan diri saya; mata, telinga, perasaan, imajinasi dan akal pikiran bahkan darah ikut bergolak, ardenalin memuncak. Keseluruhannya benar-benar jatuh. Bekas pengucapan di karya itu menitipkan artikulasi di hati ini. Nah jatuh yang seperti ini adalah jatuh di jalan, bukan jatuh di luar jalan. Karena karya seni kreatif adalah salah satu penunjuk jalan. Terlebih lagi jatuh tersungkur dan bersimpuh di kaki Sang Nabi dan berusaha menggapai sandal jepitnya. Atau jatuh pada Penguasa waktu, Raja di raja, Dewa segala dewa yang disebut oleh orang bijak dengan berbagai Nama itu. Jatuh dalam kepasrahan, ketundukkan dan pengharapan. Abu Said, saat diberitahu ada orang jatuh di jalan, ia berkata,”Syukurlah, ia tidak jatuh di luar jalan” Begitulah maksud kata-kata ini.
Baiklah dijelaskan lagi dengan penafsiran sendiri bahwa ini berbeda dengan jatuhnya kebanyakan kita. Jatuh kebanyakan orang adalah jatuh “di jalanan”, “di tengah jalan” atau “di pinggiran jalan”. Maknanya tentu berbeda. Jatuh di tengah jalan adalah kalah sebelum berperang, jatuh di pinggir jalan adalah orang yang diposisikan sebagai pelengkap penderita (termarjinalisasi), penonton dan bukan pelaku serta untuk selamanya akan periferal. Jatuh di jalanan menandakan orang itu luntang lantung tanpa tujuan, jalanan itu sendiri adalah kehidupannya. Akan berbeda artinya kata “Anak jalan” dengan “Anak jalanan”. Ali Topan adalah anak jalanan (dan istilah sekarang anak jalanan identik dengan tukang ngamen atau anak-anak yang bekerja sebelum waktunya, miskin dan tidak berpendidikan. Atau anak-anak yang digusur dan terpaksa hidup di jalanan), secara eksplisit mereka adalah korban dari sistem yang kita bangun. Kita menganut sistem agar sebagian besar rumah tangga orang broken home seperti ali topan korbannya, dan kita juga membangun sistem agar sebagian besar orang hidup dalam kemelaratan sebagaimana kenyataan anak-anak jalanan dan gelandangan. Tidak ada pemerataan sosial ekonomi, kesempatan kerja, pendidikan dst di negara merdeka ini. Tetapi “anak jalan” berbeda, anak ini tidak tersentuh oleh atribut kemiskinan atau kekayaan seperti ini. Tidak bergantung pada pendidikan dan pendapat. Dia mengatur sistem, cerdas secara spiritual. Para wali adalah anak jalan dan bahkan menjadi jalan itu sendiri. Jelas kan, Jalan berbeda dengan jalanan. Ada penyair penempuh jalan, tetapi ada juga penyair di jalanan. Walaupun yang dijalanan bisa juga sekaligus penempuh jalan. Kalau Ada sebutan perempuan, Anda memilih disebut perempuan dalam jalan atau perempuan jalanan kira-kira?
Menyoal jatuh hati, pahami jatuh hati. Kawan, hati yang kita bicarakan ini merupakan suatu keberadaan yang halus, bersifat rohani dan rabbani yang dikaitkan dengan pujian dan celaan. Maka ini sebetulnya wujud realitas dalam dan inti kesadaran kita. Jadi jangan serahkan hati dengan timbangan celanya. Jatuh hati mestinya hanya kepada hal yang didamba oleh bagian sebelah dalam diri kita yang patut dipuji dan suci; sunyi, indah, penuh rahasia dan memeiliki keseluruhan cerita. Tidak mengenal rasa sakit atau kematian. Tidak peduli diliputi kekayaan atau dirundung kemiskinan. Dalam kemiskinan dihias kesabaran, dalam keadaan kaya tidak pernah lalai. Jika ada sengsara dalam pengembaraannya, ini sengsara yang membawa nikmat. Semua episode adalah melulu kerinduan, berjuta indahnya, biar siang biar malam terbayang wajah-Nya.
Tahukah Anda bahwa Kekasih telah mengirimkan surat cinta-Nya untuk menyegarkan hati kita dengan cara mengungkapkan rahasi-rahasia-Nya lewat surat cinta itu? Buku suci itu lho, yang biasa Anda baca usai maghrib menjelang isya, itulah surat cinta Ilahi; Al Qur’an namanya. Ingin tahu pesan Kekasih, bacalah surat-Nya, lahir dan batinnya, dan temukan disana suatu tempat dimana engkau akan “naik”. Karena tidak ada ayat Al Qur’an yang tidak memiliki makna lahiriah, makna batiniah, batasan, dan tempat kemana kita akan naik. Dari kalimat itu kita tahu bahwa makna lahiriah itu tafsir, makna batiniahnya adalah ta’wil, batasannya adalah makna dari firman yang ada di luar pemahaman dan tempat yang boleh dicapai adalah tempat dimana orang dapat menjangkau makna itu, untuk menyaksikan Raja yang Maha tahu.
Memang , menurut tradisi kearifan menggauli surat cinta Kekasih ini ada adabnya. Konon dikatakan bahwa surat cinta ini seperti mempelai wanita yang mengenakan selubung. Jangan Anda paksa untuk menarik selubung itu. Kalau engkau menarik selubung itu dari wajahnya, dia tidak akan menunjukkan dirinya kepadamu. Ketika Anda mengkaji Al Qur’an, tetapi tidak merasakan kesenangan atau pengungkapan, itu adalah karena tindakan Anda menarik selubung telah menyebabkan diri Anda ditolak. Al Qur’an telah menipu Anda dan menunjukkan dirinya sebagai si buruk rupa. Ia berkata:”Aku bukanlah mempelai yang cantik itu”. Ia dapat menunjukkan dirinya dalam bentuk apapun yang diinginkannya. Tetapi jika Anda berhenti menarik selubungnya, melayaninya dari jauh dengan sepenuh hati, dan mengusahakan sesuatu yang disukainya, maka ia akan menunjukkan wajahnya kepada Anda tanpa Anda perlu menyingkap selubungnya. Bukankah begitu?
Itu baru bagaimana memperlakukan surat cinta-Nya, bagaimana pula strategi meraih cinta-Nya? Dalam keadaan Jatuh hati biasanya orang akan memperhalus, memperlunak dan memperlembut semua perilaku dan kata-katanya. Banyak orang menciptakan puisi-puisi cinta. Tetapi itu hanya membuktikan ada memiliki perhatian, bukan cinta. Karena itu pembuktian bahwa Anda sedang jatuh hati hanya dengan lima tata krama. Kata orang alim seandainya Anda mendawamkan lima tata krama ini, niscaya Anda mendapat kebaikan, kemenangan dan meraih apa yang membuat Anda jatuh hati. Apa tata krama itu? Pertama, mengosongkan perut. Kedua, mentadaburi Al Qur’an. Ketiga, merebahkan diri sambil menangis diwaktu sahur. Keempat, shalat malam. Dan kelima, bergaul bersama orang-orang baik dan berpengetahuan.
Hati suci merupakan hati yang berketetapan pada pencapaian kesadaran akan Tuhan, lebih luas dari alam semesta. Karena Tuhan berkata: “Bumi-Ku dan langit-Ku tidak dapat memuat-Ku. Hati seorang Mukminlah yang dapat” Bagaimana dengan hati Anda? Rumah boleh sempit, asal hati tetap luas.
Sumber : Kompasiana
Selengkapnya...
Makan dan minum merupakan kegiatan yang sangat penting bagi manusia dan semua makhluk hidup umumnya, karena merupakan salah satu salah satu cara untuk memperoleh unsur-unsur yang diperlukan tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan lain-lain. Jadi wajar jika dikategorikan ke dalam kebutuhan primer. Bayangin aja beberapa hari tanpa minum atau makan sama sekali, pasti tubuh jadi lemas lunglai.
Namun memasukkan makanan dan minuman, bukan asal masuk ke dalam tubuh saja. Jika sudah begini bisa-bisa bukan unsur hara yang terserap oleh tubuh, tetapi malah mendatangkan penyakit. Wah ribet yah!!
Ternyata, banyak sekali kebiasaan yang salah dalam mengkonsumsi minuman/makanan tetapi umum dilakukan termasuk saya sendiri dan ternyata akibatnya fatal. Apa sih kebiasaan itu?
1. Minum es setelah makan
1. Minum es setelah makan
Bagi penggemar es berhati-hatilah, ini kebiasaan salah dan berakibat fatal. Kenapa begitu?!! Karena ini berhubungan dengan serangan jantung.
Minum es memang segar tapi air itu akan membekukan makanan berminyak yang kita santap, terutama makanan berlemak. Lemak itu akan terbentuk dalam usus dan akan mengakibatkan menyempitnya saluran-saluran pencernaan kita. Jika lemak berkumpul maka akan mengakibatkan kegemukan dan tentu saja menyumbat pembuluh darah.
Biasanya orang yang terlalu gemuk akan mudah diserang berbagai penyakit, terutama penyakit jantung. Biasanya serangan jantung mulai terasa pada tangan sebelah kiri. Lalu merambat sedikit-demi sedikit ke bagian atas dada. Mungkin pada awalnya tidak begitu terasa. Tanda-tanda lainnya adalah rasa capai/lelah dan berkeringat. Jadi waspadalah!!!
Lebih baik meniru kebiasaan orang China atau Jepang, minum air hangat sewaktu/sesudah makan. Karena air panas akan mencairkan segala makanan berlemak sehingga mudah diserap tubuh.
Jika anda memang penggemar berat es, sebaiknya jangan mengkonsumsinya setelah makan. Lebih baik beri waktu beberapa lama sampai makanan yang dikonsumsi sebelumnya (nasi dan teman-temannya) tercerna dulu dengan baik, baru minum es.
2. Minum teh/kopi setelah makan
Ini kebiasaan yang umum sekali di masyarakat kita, apalagi di daerah Jawa. Setiap habis makan di warung atau rumah makan biasanya disuguhi teh. Saya sendiri sering memesan teh hangat/teh botol setelah makan. Padahal ini termasuk kebiasaan yang harus dihindari, bahkan kabarnya bisa menyebabkan anemia.
Kenapa? Teh mengandung zat yang disebut tanin, zat ini bisa menyebabkan pengurangan daya serap besi. Teh yang diminum paling tidak sejam sebelum atau setelah makan akan mengurangi daya serap sel darah terhadap zat besi sebesar 64 %. Selain mengandung tanin, teh juga mengandung kafein, polifenol, albumin, dan vitamin. Tanin bisa mempengaruhi penyerapan zat besi dari makanan terutama yang masuk kategori heme non-iron, misalnya padi-padian, sayur-mayur, dan kacang-kacangan.
“Bila kita makan menu standar plus segelas teh, zat besi yang diserap hanya setengah dari yang semestinya”
Menurut Dr. Rachmad Soegih, ahli gizi dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, zat tanin itu sendiri memang menghambat produksi hemoglobin. Kalau memang mau menghindari teh dan mendapatkan banyak zat besi, sebaiknya teh digantikan air jeruk sebagai peneman makan.
“Makan nasi pecel dengan jeruk memperbesar penyerapan zat besi bila dibandingkan dengan minum es teh”. Karena vitamin C ternyata memperbesar penyerapan zat besi oleh tubuh.
Jadi kalau bisa mulai sekarang, hindari minum teh setelah makan. Lebih baik berikan jeda sekitar 2 jam setelah makan.
Sama halnya dengan teh, minum kopi setelah makan juga dapat mengurangi daya serap zat besi. Tetapi pengurangannya lebih kecil dibandingkan teh yaitu sekitar 39%.
3. Minum air putih sebelum makan
Nah, kalau ini kebiasaan buruk saya nih, selalu minum air putih dulu sebelum makan, padahal ternyata gak baik lho. Ternyata mengkonsumsi air terlalu banyak tepat sebelum makan memang membuat kita kehilangan nafsu makan karena lambung menjadi penuh Pantesan saya jadi malas makan arena sudah kenyang duluan hehe.
Minum air sesaat sebelum makan akan membuat proses penyerapan makanan oleh enzim menjadi lebih sulit. Karena air yang diminum butuh waktu 30 menit mengalir dari lambung menuju usus. Sehingga jika minum sesaat sebelum makan, belum sempat air menuju usus sudah ditambah dengan makanan yang membuat enzim lebih sulit bekerja.
Minum air putih memang sehat dan sangat dianjurkan, tetapi harus diperhatikan kapan waktu yang tepat untuk meminumnya, sebaiknya diminum :
1-3 gelas saat bangun tidur pada pagi hari, karena akan mengganti sebagian cairan yang hilang selama kita tidur
2-3 gelas, 1 jam sebelum makan siang
2-3 gelas, 1 jam sebelum makan malam.
Minum air sesaat sebelum tidur juga harus dihindari karena bisa mencegah terjadinya aliran balik. Walaupun hanya air, jika bercampur dengan asam lambung bisa memasuki tenggorokan dan terhirup ke dalam paru-paru yang dikhawatirkan risiko menderita pneumonia. Jika memang sangat haus, minum air bisa dilakukan satu jam sebelum waktu tidur.
4. Minum susu berdekatan dengan mengkonsumsi jeruk/jus, teh, atau obat-obatan.
Minum susu itu bagus dan menyehatkan, tapi kalau dikonsumsi berbarengan atau berdekatan dengan makanan lain yang saya sebutkan barusan, justru malah dapat mengurangi khasiat dari susu itu sendiri. Kenapa sih bisa begitu?
-Minum susu dan jeruk atau jus
Jika protein dalam susu bertemu dengan asam dalam jeruk, menimbulkan pemadatan, yang akan mempengaruhi pencernaan dan penyerapan susu dalam tubuh manusia. Terlebih lagi, selama periode ini, juga tidak cocok untuk makan buah-buahan asam lainnya. Jadi sebaiknya makan jeruk lebih dari satu jam sebelum atau sesudah makan.
Menambahkan jus dan minuman asam lain dalam susu juga tidak bagus. Karena 80% protein dalam susu adalah kasein. Ketika pH susu lebih rendah dari 4.6, sejumlah besar kasein akan menggumpalkan dan presipitat dalam tubuh manusia, yang sulit untuk pencernaan dan penyerapan. Jika parah, mungkin menimbulkan gangguan pencernaan atau diare.
-Minum susu dicampur teh
Teh dapat meningkatkan aliran darah dan kemampuan dari arteri untuk berelaksasi, namun selanjutnya para peneliti yang berasal dari Charite Hospital, University of Berlin menyebutkan bahwa susu dapat menghambat efek perlindungan yang dimiliki oleh teh dalam menghambat terjadinya penyakit jantung. Para peneliti juga menyebutkan bahwa protein kasein yang terdapat pada susu dapat menurunkan sejumlah komponen yang terdapat pada teh, yaitu catechin, yang memiliki kemampuan melawan penyakit jantung.
Jadi teh jangan dicampur ama susu ya!!!
-Minum susu dengan obat-obatan
Beberapa orang suka minum susu untuk membantu menelan obat. Padahal ini salah. Susu secara signifikan dapat mempengaruhi penyerapan obat dalam tubuh manusia terutama antibiotik. Susu mudah membentuk penutup pada permukaan obat, sehingga kalsium, magnesium dan zat mineral lainnya dalam susu akan memiliki reaksi kimia dengan obat, dan bahan bentuk larut air, sehingga mempengaruhi pelepasan dan penyerapan keampuhan obat. Oleh karena itu, jangan minum susu satu jam sebelum atau setelah Anda minum obat. Dan sebaiknya minumlah obat dengan menggunakan air hangat biasa.
5. Makan buah setelah makan
Selama ini buah-buahan lazimnya dikonsumsi setelah makan, sebagai hidangan pencuci mulut, padahal ini bukan kebiasaan yang baik. Kenapa demikian? Kita tahu bahwa buah banyak mengandung gas, makan buah sesudah makan, akan membuat perut menjadi kembung karena dipenuhi dengan udara.
Menurut artikel yang saya baca di internet, makanan yang kaya karbohidrat seperti nasi, akan merangsang pankreas untuk memproduksi insulin. Sedangkan buah merupakan bahan makanan yang mengandung fruktosa sehingga dapat pula menimbulkan peningkatan kadar insulin. Jika makan nasi lebih dulu, pankreas akan bekerja berat untuk mengolah nasi dan protein yang ada dalam lauk pauk dan memerlukan waktu berjam-jam.
Sehingga, jika buah dimakan setelah makan nasi, maka buah yang sudah berada di dalam perut akan mengalami antrian yang panjang untuk diproses sehingga menjadi busuk. Karena sifat buah yang tak bisa bertahan lama.
Kebayang gak sih gimana beratnya kerja pankreas kita, jika kita langsung makan buah setelah makan. Belum selesai mencerna nasi beserta teman-temannya, sudah disuruh mencerna buah, ya mana mungkinlah. Yang ada malah perut menjadi dingin dan kembung, bukannya terserap tetapi malah jadi busuk.
Jadi sebaiknya makan buah 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan supaya semua makanan yang masuk bisa terserap dengan baik.
Ayo mulai sekarang terapkan kebiasaan makan dan minum yang benar, supaya apa yang kita konsumsi tidak terbuang percuma atau malah jadi sumber penyakit.
Semoga bermanfaat
Sumber : Kompasiana
Selengkapnya...