Selamat Datang

Selamat Datang, Diharapkan bersedia untuk memberikan komentar dan saran. Terima Kasih

Kamis, 10 Februari 2011

Jatuh Hati

Sekali waktu Lukman disuruh emak beli daging yang bagus, dia beli hati dan lidah. Begitu juga ketika disuruh beli yang paling busuk, dia beli hati dan lidah. Sebab apa begitu? Sebab menurut Lukman, hati merupakan sumber amal perbuatan yang baik dan lidah dapat menjalin persaudaraan. Tetapi hati juga sumber kedengkian, congkak dan suka berbangga sedang lidah adalah alat rumpi dan lebih melukai dari belati, banyak keseleonya. Kawan, berhubung ruangan sedikit, pada kesempatan ini kita obrolin soal hati saja, lidahnya nanti. Lebih enak bicara hati ke hati. Siapa tahu Anda bisa jatuh hati. Upss!
Pepatah lama; “Hati boleh panas, kepala harus tetap dingin” sudah kadaluarsa. Gak mecing kalau raja (perlambangan hati) panas panglima (perlambangan akal) adem ayem. Gak kompak. Kita ganti pantunnya menjadi “Hati hangat, kepala gak perlu obat”. Soalnya dimana hati sehat hidup pasti afiat. Kalau hati banyak karat kebenaran sulit terlihat.
Ada lagi ungkapan “Ada uang ada hati”. Ini menarik dan berhubungan dengan kebiasaan budaya yang diam-diam kita dukung, karena ada gejala dimasyarakat kita bahwa hanya yang kaya yang dihormati. Jika punya uang Anda dihormati sekalipun tidak punya hati. Artinya orang-orang akan tetap menganggap Anda seolah-olah orang yang punya hati karena adanya uang, walaupun sebenarnya tidak. Orang-orang berhimpun disekeliling, mendekat, memberi hormat dan berkhidmat. Ada banyak forum dan agenda acara menunggu agar Anda bebas bicara apa saja disitu, pembicaraan yang biasanya tidak mengatasi kemelaratan rakyat. Kata prof A Hadi, kalau seorang hidup miskin sekalipun tinggal di tengah pasar, tak seorangpun akan mengunjunginya. Akan tetapi sekalipun seorang tinggal di gunung yang terpencil tetapi kaya raya, orang akan mengunjunginya. Contoh ini cocok menggambarkan situasi kita setidaknya saat ini. Mudah-mudahan besok bisa berubah.



“Ada uang ada hati” memang konsep budaya juga kalau begitu bukan? Walaupun begitu saya ingin mengatakan tentang banyaknya orang yang saya kenal berlimpah harta sekaligus juga kekayaan hati seperti Sulaiman. Tidak perlulah kita sebutkan nama-namanya. Apalah arti sebuah nama, meski seringkali nama-nama sangat bermakna. Disini kita tidak mau bertengkar memperebutkan nama-nama dan makna-makna, apalagi benda-benda. Orang kaya yang baik hatinya itu juga nyata.
Hati-hati, amati hati. Hati menunjuk kepada keseluruhan diri. Ketika seorang jatuh hati, maka berarti jatuh keseluruhan dirinya. Anda jatuh hati pada apa atau pada siapa? Saya jatuh hati saat menyaksikan pertunjukkan teater misalnya. Yang jatuh adalah keseluruhan diri saya; mata, telinga, perasaan, imajinasi dan akal pikiran bahkan darah ikut bergolak, ardenalin memuncak. Keseluruhannya benar-benar jatuh. Bekas pengucapan di karya itu menitipkan artikulasi di hati ini. Nah jatuh yang seperti ini adalah jatuh di jalan, bukan jatuh di luar jalan. Karena karya seni kreatif adalah salah satu penunjuk jalan. Terlebih lagi jatuh tersungkur dan bersimpuh di kaki Sang Nabi dan berusaha menggapai sandal jepitnya. Atau jatuh pada Penguasa waktu, Raja di raja, Dewa segala dewa yang disebut oleh orang bijak dengan berbagai Nama itu. Jatuh dalam kepasrahan, ketundukkan dan pengharapan. Abu Said, saat diberitahu ada orang jatuh di jalan, ia berkata,”Syukurlah, ia tidak jatuh di luar jalan” Begitulah maksud kata-kata ini.
Baiklah dijelaskan lagi dengan penafsiran sendiri bahwa ini berbeda dengan jatuhnya kebanyakan kita. Jatuh kebanyakan orang adalah jatuh “di jalanan”, “di tengah jalan” atau “di pinggiran jalan”. Maknanya tentu berbeda. Jatuh di tengah jalan adalah kalah sebelum berperang, jatuh di pinggir jalan adalah orang yang diposisikan sebagai pelengkap penderita (termarjinalisasi), penonton dan bukan pelaku serta untuk selamanya akan periferal. Jatuh di jalanan menandakan orang itu luntang lantung tanpa tujuan, jalanan itu sendiri adalah kehidupannya. Akan berbeda artinya kata “Anak jalan” dengan “Anak jalanan”. Ali Topan adalah anak jalanan (dan istilah sekarang anak jalanan identik dengan tukang ngamen atau anak-anak yang bekerja sebelum waktunya, miskin dan tidak berpendidikan. Atau anak-anak yang digusur dan terpaksa hidup di jalanan), secara eksplisit mereka adalah korban dari sistem yang kita bangun. Kita menganut sistem agar sebagian besar rumah tangga orang broken home seperti ali topan korbannya, dan kita juga membangun sistem agar sebagian besar orang hidup dalam kemelaratan sebagaimana kenyataan anak-anak jalanan dan gelandangan. Tidak ada pemerataan sosial ekonomi, kesempatan kerja, pendidikan dst di negara merdeka ini. Tetapi “anak jalan” berbeda, anak ini tidak tersentuh oleh atribut kemiskinan atau kekayaan seperti ini. Tidak bergantung pada pendidikan dan pendapat. Dia mengatur sistem, cerdas secara spiritual. Para wali adalah anak jalan dan bahkan menjadi jalan itu sendiri. Jelas kan, Jalan berbeda dengan jalanan. Ada penyair penempuh jalan, tetapi ada juga penyair di jalanan. Walaupun yang dijalanan bisa juga sekaligus penempuh jalan. Kalau Ada sebutan perempuan, Anda memilih disebut perempuan dalam jalan atau perempuan jalanan kira-kira?
Menyoal jatuh hati, pahami jatuh hati. Kawan, hati yang kita bicarakan ini merupakan suatu keberadaan yang halus, bersifat rohani dan rabbani yang dikaitkan dengan pujian dan celaan. Maka ini sebetulnya wujud realitas dalam dan inti kesadaran kita. Jadi jangan serahkan hati dengan timbangan celanya. Jatuh hati mestinya hanya kepada hal yang didamba oleh bagian sebelah dalam diri kita yang patut dipuji dan suci; sunyi, indah, penuh rahasia dan memeiliki keseluruhan cerita. Tidak mengenal rasa sakit atau kematian. Tidak peduli diliputi kekayaan atau dirundung kemiskinan. Dalam kemiskinan dihias kesabaran, dalam keadaan kaya tidak pernah lalai. Jika ada sengsara dalam pengembaraannya, ini sengsara yang membawa nikmat. Semua episode adalah melulu kerinduan, berjuta indahnya, biar siang biar malam terbayang wajah-Nya.

Tahukah Anda bahwa Kekasih telah mengirimkan surat cinta-Nya untuk menyegarkan hati kita dengan cara mengungkapkan rahasi-rahasia-Nya lewat surat cinta itu? Buku suci itu lho, yang biasa Anda baca usai maghrib menjelang isya, itulah surat cinta Ilahi; Al Qur’an namanya. Ingin tahu pesan Kekasih, bacalah surat-Nya, lahir dan batinnya, dan temukan disana suatu tempat dimana engkau akan “naik”. Karena tidak ada ayat Al Qur’an yang tidak memiliki makna lahiriah, makna batiniah, batasan, dan tempat kemana kita akan naik. Dari kalimat itu kita tahu bahwa makna lahiriah itu tafsir, makna batiniahnya adalah ta’wil, batasannya adalah makna dari firman yang ada di luar pemahaman dan tempat yang boleh dicapai adalah tempat dimana orang dapat menjangkau makna itu, untuk menyaksikan Raja yang Maha tahu.

Memang , menurut tradisi kearifan menggauli surat cinta Kekasih ini ada adabnya. Konon dikatakan bahwa surat cinta ini seperti mempelai wanita yang mengenakan selubung. Jangan Anda paksa untuk menarik selubung itu. Kalau engkau menarik selubung itu dari wajahnya, dia tidak akan menunjukkan dirinya kepadamu. Ketika Anda mengkaji Al Qur’an, tetapi tidak merasakan kesenangan atau pengungkapan, itu adalah karena tindakan Anda menarik selubung telah menyebabkan diri Anda ditolak. Al Qur’an telah menipu Anda dan menunjukkan dirinya sebagai si buruk rupa. Ia berkata:”Aku bukanlah mempelai yang cantik itu”. Ia dapat menunjukkan dirinya dalam bentuk apapun yang diinginkannya. Tetapi jika Anda berhenti menarik selubungnya, melayaninya dari jauh dengan sepenuh hati, dan mengusahakan sesuatu yang disukainya, maka ia akan menunjukkan wajahnya kepada Anda tanpa Anda perlu menyingkap selubungnya. Bukankah begitu?

Itu baru bagaimana memperlakukan surat cinta-Nya, bagaimana pula strategi meraih cinta-Nya? Dalam keadaan Jatuh hati biasanya orang akan memperhalus, memperlunak dan memperlembut semua perilaku dan kata-katanya. Banyak orang menciptakan puisi-puisi cinta. Tetapi itu hanya membuktikan ada memiliki perhatian, bukan cinta. Karena itu pembuktian bahwa Anda sedang jatuh hati hanya dengan lima tata krama. Kata orang alim seandainya Anda mendawamkan lima tata krama ini, niscaya Anda mendapat kebaikan, kemenangan dan meraih apa yang membuat Anda jatuh hati. Apa tata krama itu? Pertama, mengosongkan perut. Kedua, mentadaburi Al Qur’an. Ketiga, merebahkan diri sambil menangis diwaktu sahur. Keempat, shalat malam. Dan kelima, bergaul bersama orang-orang baik dan berpengetahuan.

Hati suci merupakan hati yang berketetapan pada pencapaian kesadaran akan Tuhan, lebih luas dari alam semesta. Karena Tuhan berkata: “Bumi-Ku dan langit-Ku tidak dapat memuat-Ku. Hati seorang Mukminlah yang dapat” Bagaimana dengan hati Anda? Rumah boleh sempit, asal hati tetap luas.

Sumber : Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar