Selamat Datang

Selamat Datang, Diharapkan bersedia untuk memberikan komentar dan saran. Terima Kasih

Minggu, 21 November 2010

Kabupaten Mukomuko

KABUPATEN MUKOMUKO adalah salah satu kabupaten baru hasil pemekaran di provinsi di provinsi Bengkulu. Kabupaten Mukomuko beribukota di Kota Mukomuko, daerah dengan ketinggian 4 m di atas permukaan laut.
Luas Kabupaten Mukomuko adalah 4.036,7 km2 . Di awal pembentukannya, kabupaten ini memiliki 5 kecamatan  definitif, 106 desa, dan 3 kelurahan. Seiring dengan perkembangan otonomi daerah kini kecamatan di Mukomuko berjumlah 15 Kecamatan definitif. Sebagian besar wilayah kecamatan di kabupaten Mukomuko berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.
Kondisi geografis Mukomuko sebagian besar merupakan dataran yang terdapat di bagian barat membujur searah pantai dari selatan ke utara, sedangkan di bagian timur topografinya berbukit-bukit terutama wilayah Teras Terunjam.


LETAK GEOGRAFIS DAN LUAS WILAYAH Secara geografis Kabupaten Mukomuko terletak pada posisi 101001'15,1" - 101051'29,6" Bujur Timur dan pada 02016'32,0" - 03007'46,0" Lintang Selatan dengan luas wilayah 403.670 Ha, dan luas wilayah laut 72.760 ha atau 727,60 km2 (dihitung sejauh 4 mil dari garis pantai).
Kabupaten Mukomuko terletak di pantai barat Sumatera dan membujur sejajar Bukit Barisan. Batas-batas wilayah Kabupaten Mukomuko : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pesisir, Provinsi Sumatera Barat. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kerinci dan Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Sebelah Selatan bebatasn dengan Kecamatan Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Sejarah

Pemekaran kabupaten dan kota telah menyapa hampir seluruh provinsi, tidak terkecuali provinsi Bengkulu. Pada awal tahun 2003, provinsi ini bertambah tiga kabupaten baru yang ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003, yakni Kabupaten Bengkulu Utara dimekarkan menjadi Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Mukomuko. Adapun Bengkulu Selatan menjadi Bengkulu Selatan, Seluma, dan Kaur.
Sama halnya dengan kabupaten lainnya di bengkulu, muko-muko pun tidak terlepas dari bencana Gempa bumi, dimana pada tanggal 13 September 2007 terjadi gempa bumi yang memporak porandakan sebagian sebagaian penduduk muko-muko, terutama di kecamatan Lubuk Pinang. Jangan heran kalau berada di Bengkulu, tidak terkecuali di Mukomuko, akan menemukan komunitas suku Jawa, Sunda, Minang, dan lain sebagainya. Sebab, Bengkulu sejak zaman kolonial Belanda dijadikan "tanah harapan" bagi penduduk luar Bengkulu. Belanda mulai mendatangkan transmigran dari Pulau Jawa sejak tahun 1930.
Pengiriman transmigran ke Bengkulu marak lagi sejak 1967. Bahkan, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1973 menetapkan Provinsi Bengkulu dan sembilan provinsi lainnya sebagai daerah transmigrasi di luar pulau Jawa. Salah satu kabupaten tujuan transmigran adalah Bengkulu Utara dan kebijakan itu berlanjut hingga sekarang. Tahun 2004 Bengkulu masih mendapat tambahan transmigran. Setiap keluarga transmigran disediakan tanah dua hektar. Mayoritas transmigran dari Jawa adalah petani. Kini sentra-sentra penduduk migran itu tumbuh menjadi sentra ekonomi.


Perekonomian

Sektor pertanian yang meliputi tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan menjadi tulang punggung perekonomian kabupaten baru ini. Dari sensus yang sama diketahui penduduk yang bekerja 63.494 jiwa. Sebesar 77,8 persen atau 49.399 jiwa menggeluti pertanian. Sisanya menggantungkan hidup di sektor industri pengolahan, perdagangan, angkutan, jasa, dan sektor lainnya.
Tahun 2002, ketika masih menjadi wilayah Bengkulu Utara, Mukomuko menghasilkan 39.532 ton padi, terdiri atas 34.689 ton padi sawah dan 4.843 ton tadah hujan. Produksi padi tersebut 29 persen berasal dari Bengkulu Utara. Palawija yang dihasilkan wilayah ini merupakan 50 persen produksi Bengkulu Utara.
Produksi jagung 21.529 ton (69 persen), ubi kayu 24.608 ton (61 persen), kedelai 646 ton (64 persen), dan kacang hijau 763 ton (52 persen). Adapun ubi jalar dan kacang tanah di bawah 50 persen.
Penghasilan petani tiga tahun ke depan diramalkan meningkat bila pembangunan proyek irigasi bendungan Air Manjunto Kanan selesai sesuai rencana. Bendungan yang menaikkan air Sungai Air Manjunto ini akan melewati Desa Lalang Luas, Arah Tiga, Lubuk Pinang,Lubuk Gedang, dan membasahi ladang-ladang tadah hujan di permukiman para transmigran yang ada di sana.
Konon, bendungan yang dananya berasal dari bantuan Jepang ini akan mampu mengairi sawah 4.919 hektar. Petani yang tadinya panen sekali setahun bisa menanam padi dua kali dan palawija sekali setahun.
Lahan kering yang tadinya hanya mengandalkan air hujan akan terjangkau saluran irigasi teknis. Bulan Oktober 2003 Japan Bank International Corporation (JBIC) menyetujui untuk mengucurkan dana Rp 112 miliar selama lima tahun anggaran dan pelaksanaannya dimulai akhir 2004 dan perkiraan selesai pertengahan 2010 untuk pekerjaan saluran induk.
Sebagian luas bumi Mukomuko juga diusahakan untuk perkebunan. Paling tidak di sana terdapat 63.669 hektar lahan perkebunan rakyat yang ditanami kopi, lada, cengkeh, karet, kayu manis, kelapa, kelapa sawit, kemiri, dan kapuk. Andalan utamanya adalah kelapa sawit, kelapa, kopi, karet, kayu manis, dan lada.
Bagi penduduk Mukomuko, perkebunan ini sangat berarti karena asap dapur 30.711 rumah tangga penggarap selalu mengepulkan asap. Tahun 2002 produksi kelapa sawit 108.089 ton atau 62 persen produksi seluruh Bengkulu Utara. Disusul kelapa 3.395.800 ton (52 persen), karet 36.571 ton (32 persen), lada 79 ton (26 persen), kayu manis 936 ton (68 ton), dan kopi 1.765 ton (18 persen).
Garis pantai yang berhadapan dengan Samudra Hindia merupakan ladang kehidupan nelayan kabupaten ini. Tahun 2002 para nelayan mampu menangkap ikan 52.869 ton senilai Rp 158,6 miliar. Jumlah itu merupakan tiga perempat produksi ikan laut Bengkulu Utara.
Potensi kelautan kabupaten yang baru berumur satu tahun ini belum optimal dimanfaatkan. Tahun 200
2 di Mukomuko terdapat 2.134 rumah tangga nelayan. Selama ini mereka menggunakan kapal motor, perahu motor tempel, perahu tradisional, payang, jaring pantai, dan juga pancing saat menangkap ikan. Ke depan, laut bukan saja menjadi gantungan hidup nelayan, namun menjadi andalan perekonomian wilayah ini.
Sementara itu, perikanan darat yang sekarang 173 hektar dipastikan mengalami peningkatan bila bendungan irigasi Air Manjunto terealisasi. Tahun 2002, dari kolam ikan petani dihasilkan 279 ton ikan yang bernilai sekitar Rp 2 miliar.
Para transmigran tidak hanya mengolah tanah. Mereka juga membawa kebiasaan dari tanah asal, di samping bertani juga beternak. Tenaga sapi dan kerbau bisa dimanfaatkan menggarap sawah. Selebihnya binatang tersebut juga merupakan tabungan keluarga. Paling tidak hingga akhir tahun 2002 terdapat 8.295 sapi, 5.550 kerbau, dan 12.985 kambing.
Pertanian dan juga petaninya jelas sangat bergantung pada melimpah tidaknya air yang mengalir di tempat mereka tinggal. Sungai yang melewati daerah mereka bersumber dari hutan-hutan di sekitar tempat hidup mereka. Sebut saja salah satunya Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan daerah penyangganya.
Rusaknya hutan di daerah penyangga di Mukomuko pasti berpengaruh pada debit air sungai yang menjadi harapan para petani. Kalau itu terjadi, pertanian yang diharapkan menjadi saka guru perekonomian bisa-bisa hanya menjadi impian kabupaten di ProvinsiBengkulu.(sumber : wikipedia Indonesia)

JUMLAH PENDUDUK 2010

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kabupaten Mukomuko sementara adalah 156.312 jiwa, terdiri atas 81.508 laki-laki dan 74.804 perempuan.  Dari hasil SP2010 tersebut tampak bahwa penyebaran penduduk Mukomuko paling tinggi di Kecamatan Penarik disusul Kecamatan Ipuh masing-masing 13,13% dan 10,45%.  Namun demikian penyebaran penduduk ini masih cenderung merata atau belum berbeda sangat signifikan.  Kecamatan Air Dikit merupakan kecamatan dengan tingkat penyebaran penduduk terendah, yakni sebesar 3,59%.  

Kecamatan Penarik, Kecamatan Ipuh, dan Kecamatan Kota Mukomuko merupakan tiga kecamatan urutan teratas yang memiliki jumlah penduduk tertinggi, masing-masing berjumlah 20.519 jiwa, 16.335 jiwa, dan 15.035 jiwa.  Sedangkan Kecamatan Air Dikit merupakan Kecamatan yang penduduknya terendah dengan jumlah penduduk 5.615 jiwa.

Dengan luas wilayah sekitar 4.036,7 km2 yang didiami oleh 156.312 jiwa maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Mukomuko adalah sebanyak 38 orang per km2.  Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan XIV Koto yakni sebanyak 144 jiwa per km2 sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Air Rami yakni sebanyak 10 jiwa per km2.  

  

Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Mukomuko per tahun selama sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000-2010 sebesar 2,9 persen.  Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Teras Terunjam adalah yang tertinggi dibandingkan kecamatan-kecamatan lain di Mukomuko yakni sebesar 4,29 persen, sedangkan yang terendah di Kecamatan Air Dikit yakni sebesar 0,39 persen. Kecamatan Penarik meskipun dilihat dari jumlah penduduknya paling banyak, namun laju pertumbuhannya masih di bawah Kecamatan Pondok Suguh, Teras Terunjam, Kota Mukomuko, Lubuk Pinang, dan V Koto, yakni sebesar 3,55 persen.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar