Selamat Datang

Selamat Datang, Diharapkan bersedia untuk memberikan komentar dan saran. Terima Kasih

Minggu, 14 April 2013

BUDAYA RATIP BAJALAN DI KECAMATAN IPUH KAB MUKOMUKO

Di Kecamatan Ipuh, khususnya Desa yang masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani padi sawah, ada sebuah budaya tradisional sangat erat kaitannya dengan bidang pertanian yang disebut sebagai “Ratip Bajalan”, dimana dapat diartikan sebagai berdoa, bersholawat bertahlil sambil berjalan. Maksud diadakannya Ratip Bajalan ini adalah untuk meminta kesuburan tanah, panen melimpah, serta terhindar dari malapetaka baik yang akan menimpa tanaman maupun manusia yang mengerjakannya. Belum lama ini Desa Pasar Baru, Desa Pasar Ipuh dan Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Ipuh melaksanakan kegiatan Ratip Bajalan ini secara serentak.
Sejak kapan Ratip Bajalan ini diadakan? Sampai kini belum ada yang mengetahuinya secara pasti. Namun, menurut cerita yang berkembang secara turun-temurun di kalangan masyarakat, kisah dibalik adanya Ratip Bajalan sudah ada sejak zaman nenek moyang dahulu, yaitu dimana timbulnya berbagai macam hama penyakit yang menyebabkan kematian tanaman pertanian. Untuk mengatasi bencana tersebut, masyarakat mengadakan permohonan doa dengan berjalan mengelilingi persawahan.
Ratip Bajalan biasanya dilaksanakan pada saat bulir-bulir padi mulai keluar dari batang padi, dan sesuai dengan kesepakatan para perangkat desa dengan perangkat sarak dan perangkat adat. Sebagaimana kegiatan budaya tradisional pada umumnya, Ratip Bajalan juga dilakukan dengan melalui beberapa tahapan. Tahap-tahap yang dilalui dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut: (1) Perangkat Sarak (agama), perangkat adat serta perangkat desa memusyawarahkan kapan akan dilaksanakannya kegiatan. (2) Pada saat hari kegiatan perangkat sarak (agama), perangkat adat serta perangkat desa mengeliling sawah warga masing-masing desa. Pada saat berkeliling ini memanjatkan doa, tahlil serta sholawat, kemudian apabila bertemu dengan pondok sawah petani maka akan dikumandangkan azan, berdoa kemudian ditutup dengan makan makanan kecil yang telah disediakan oleh pemilik pondok. (3) Setelah perangkat sarak, perangkat adat serta perangkat desa selesai mengeliling sawah milik warganya masing-masing maka seluruh pelaksana Ratip Bajalan yang terdiri dari 3 desa berkumpul bersama dengan melakukan doa bersama yang diakhiri dengan makan bersama.

Nilai Budaya Ratip Bajalan ini, ika dicermati secara mendalam, mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai itu antara lain adalah: kebersamaan, ketelitian, gotong royong, dan religius. Nilai kebersamaan tercermin dari berkumpulnya anggota masyarakat dalam suatu tempat, makan bersama dan doa bersama demi keselamatan bersama pula. Ini adalah wujud kebersamaan dalam hidup bersama di dalam lingkungannya. Oleh karena itu, upacara ini mengandung pula nilai kebersamaan. Dalam hal ini, kebersamaan sebagai komunitas yang mempunyai wilayah, adat-istiadat dan budaya yang sama. Nilai ketelitian tercermin dari proses Ratip Bajalan itu sendiri. Sebagai suatu proses, Ratip Bajalan juga memerlukan persiapan, baik sebelum, pada saat prosesi, maupun sesudahnya. Persiapan-persiapan itu, tidak hanya menyangkut peralatan, tetapi juga tempat, waktu, pemimpin, dan peserta. Semuanya itu harus dipersiapkan dengan baik dan seksama, sehingga Ratip Bajalan dapat berjalan dengan lancar. Nilai kegotong-royongan tercermin dari keterlibatan berbagai pihak dalam penyelenggaraan ini. Mereka saling bantu demi terlaksananya Ratip Bajalan ini. Dalam hal ini ada yang membantu menyiapkan makanan dan minuman, menjadi pemimpin, dan lain sebagainya. Nilai religius tercermin dalam doa bersama yang ditujukan kepada Tuhan agar mendapat perlindungan, keselamatan dan kesejahteraan dalam menjalani kehidupan.

MENGELILINGI PERSAWAHAN


MENGELILINGI PERSAWAHAN


BERDOA BERSAMA


BERDOA BERSAMA


BERDOA BERSAMA



2 komentar:

  1. Siapa yang mencari harus melakoni. Siapa yang melakoni harus mengerti. Siapa yang mengerti akan mumpuni. Siapa yang mumpuni akan hati-hati. Karena memegang hakekat sejati, berarti, harus bertanggung jawab pada dzat inti. Mampu menjaga hati agar tidak takabur diri. Inilah ajaran sejati bagi engkau sang pencari. Place ADS

    BalasHapus
  2. Budaya adalah warisan yang sangat berharga secara turun-temurun, dan ini sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat kita selaku msyarakat yang mempunyai nilai-nilai luhur. Lestarikan terus dan semangat jangan samapi nilai-nilai ini punah ditelan modernisasi. Bravoo.....

    BalasHapus