Selamat Datang

Selamat Datang, Diharapkan bersedia untuk memberikan komentar dan saran. Terima Kasih

Selasa, 01 Februari 2011

Biografi Singkat Eli Cohen "Kamel Amin Tsa’abet"

Kepada Nadia, istriku, dan keluargaku yang tercinta. Aku meminta agar kalian tetap bersatu. Aku memohon kepadamu, Nadia, untuk memaafkan aku. Aku meminta agar engkau menjaga dirimu sendiri dan anak-anak, serta berusaha supaya anak-anak dididik dengan baik. Perhatikanlah dirimu sendiri dan usahakanlah agar anak-anak kita tak kekurangan apapun. Peliharalah hubungan baik dengan keluargaku. Aku ingin engkau menikah kembali agar anak-anak tak tumbuh tanpa seorang ayah. Aku berikan kepadamu kebebasan penuh untuk berbuat demikian. Aku mohon agar engkau jangan membuang-buang waktu dengan menangisi aku. Selalu berpikir untuk masa depan. Ku kirimkan ciumku yang terakhir kepadamu, Sophie, Iris, dan Shaul, serta anggota-anggota keluarga lainnya.

Jangan lupa untuk berdoa bagi arwah ayahku dan arwahku sendiri. Untuk kalian semua, kuhaturkan cium terakhir dan shalom.

-Surat Terakhir Eli Cohen sebelum menjalani hukuman gantung- (18-5-1965)


Akhir-akhir ini banyak pihak yang mengaku-aku sebagai intelijen, bahkan surat kaleng tentang PSSI dikatakan ditulis oleh seorang bernama Eli Cohen. Entah sekedar mencari sensasi atau terinspirasi dari kisah hidup seorang legenda intelijen Israel. Siapakah Eli Cohen sesungguhnya?


Eli Cohen dikenal sebagai pahlawan, agen mata-mata Israel paling terkenal, bahkan “the most impossible spy“. Lahir di wilayah Yahudi, kota Alexandria pada 16 Desember 1924 (dalam beberapa referensi disebutkan 26 Desember), dengan nama Eliahu ben Shaul Cohen, dari orangtua imigran yang berasal dari Suriah.


Eli sangat pandai dalam pendidikan sekolahnya terutama pada bidang matematika dan bahasa, dua ilmu penting dalam spionase, dan kemudian tertarik di bidang persenjataan setelah Mesir terlibat dalam perang Dunia II. Eli bahkan sempat mendaftarkan diri ke Angkatan Bersenjata Mesir, namun ditolak dengan alasan loyalitas yang diragukan, sebagaimana bangsa Yahudi lain di berbagai negara.


Israel sudah sejak lama ingin menguasai Dataran Tinggi Golan yang menjadi perbatasan dan benteng alam, Suriah - Israel. Selain strategis secara pertahanan, Dataran Tinggi Golan menyediakan sekitar 30% sumber air untuk Israel, bahkan tiga anak sungai utama Sungai Yordan; Dan, Baniyas, dan Hatzbani semua berasal dari sana. Nilai vital Dataran Tinggi Golan ini yang menyebabkan Israel berkeinginan untuk menguasainya.


Pada waktu itu, Suriah yang dibantu oleh Soviet, sedang mencoba untuk mengalihkan sumber sungai Yordan dengan tujuan Israel tidak mendapatkan sumber air untuk negaranya. Perencana Pertahanan Israel membutuhkan data yang akurat dari seorang intelijen mengenai proyek pengalihan air, rencana rekayasa, diagram, peta dan rincian lainnya meliputi rencana modernisasi militer Suriah. Hingga pada 1960 mereka memutuskan untuk merekruit Eli Cohen sebagai agen dan menerjunkannya dalam operasi spionase ke Suriah pada 1961.


Eli sudah cukup dikenal karena terlibat dalam Hacherut, sebuah gerakan pemuda Yahudi Mesir. Kemudian, Eli juga terlibat dalam Operasi Goshen, sebuah sandi operasi penyelundupan “pemulangan” ribuan orang Yahudi ke Palestina selama 1945-1948. Setelah diusir dari Mesir dan dipulangkan ke Israel akibat beberapa operasi militer & intelijen Israel terhadap Mesir, ia dipekerjakan di unit kontra-spionase di Departemen Pertahanan Israel. Hingga pada akhirnya ia meminta terjun ke lapangan karena tidak tahan bekerja di belakang meja, dan kemudian direkrut oleh Mossad, dinas Intelijen Israel yang terkenal dan memiliki motto Be’ein Tachbulot Yipoi Am Veteshua Berov Yoetz.


Setelahitu Eli Cohen dikenal dengan identitas baru bernama samaran Kamel Amin Tsa’abet, lahir di Beirut, Lebanon dari orangtua asli Suriah. Dalam perjalanan hidup fiktif dan sesuai misi intelijen pertamanya, dikatakan Kamel Amin Tsa’abet bermigrasi ke Argentina dan berdagang tekstil.


Dalam misi pertamanya di Argentina, ia berkenalan dengan Kolonel Amin Al-Hafaz (Amin Al-Hafez), atase militer Kedutaan Besar Suriah, yang kelak terpilih menjadi Presiden Suriah melalui kudeta tak berdarah pada tahun 1963. Ini pula yang menyebabkan Eli Cohen bisa masuk ke lingkaran kekuasaan Suriah.


Ada pepatah, “Seorang agen yang baik sama nilainya dengan satu divisi tentara”. Eli Cohen dianggap berjasa bagi Mossad dan Israel terutama kontribusinya dalam Perang Enam Hari (1967). Ia mendapatkan data rinti tentang posisi meriam, jumlah pasukan, tank, artileri udara Suriah sepanjang Dataran Tinggi Golan, data bunker, membangun hubungan baik di lingkungan bisnis, militer, dan partai Ba’ath. Dia adalah satu-satunya warga sipil yang diperbolehkan foto di lingkungan instalasi militer Suriah. Eli menyarankan pada pejabat milliter Suriah untuk menanamkan pohon Kayu Putih di Dataran Tinggi Golan dengan alasan kamuflase sekaligus peneduh bagi pasukan militer. Saran yang direalisasikan ini ternyata menjadi penanda titik vital militer Suriah yang dengan mudah dihancurkan Israel.


Eli Cohen hampir terpilih sebagai Deputi Menteri Pertahanan Suriah dalam kabinet Presiden Amin Al-Hafez yang sebenarnya dia dipersiapkan untuk jadi Menteri Pertahanan, karena itupula Eli Cohen selalu mendapatkan informasi teraktual dan rinci tentang militer Suriah. Bahkan sebuah rumor mengatakan, ia tinggal 3 langkah lagi menjadi Presiden Suriah.


Sampai suatu hari di bulan Januari 1965, puncak dari keluhan operator radio dari kedutaan besar India yang terletak dekat dari apartemen Eli Cohen, mengadu pada polisi karena ada gangguan komunikasi dengan sinyal tinggi di wilayah ini. Di saat yang bersamaan, aparat intelijen Suriah dibantu dengan para penasehat dari Soviet, curiga dengan adanya pengiriman melalui transmisi radio tanpa ijin. Mobil unit pemindai dikerahkan untuk melakukan pelacakan namun tidak berhasil karena waktu pengiriman berita yang dilakukan Eli Cohen sangat singkat. Selain itu, kecurigaan ini muncul karena beberapa kejadian yang seharusnya informasinya sangat rahasia, ternyata sudah diketahui oleh pihak Israel.

Beberapa hari sebelum penangkapan, tanpa sepengtahuan Eli Cohen, aparat keamanan Suriah mematikan listrik untuk wilayah tersebut. Eli Cohen menyadari kesulitan yang ia alami untuk mengirim berita ke Israel tanpa listrik, sehingga ia memutuskan menggunakan baterei. Ini pula yang menjadi kesalahan fatal Eli sehingga sinyal radio yang seharusnya tidak ada karena pemadaman listrik menjadi terbaca oleh petugas pemindai. Setelah mengalami beberapa pertimbangan, Dinas Kontra Intelijen melakukan penyergapan dan menemukan perangkat spionase milik Eli Cohen seperti pemancar, bahan peledak mini dengan daya ledak tingkat tinggi. Berakhir sudah perjalanan “the impossible spy”. Eli Cohen dihukum gantung di Martyr’s Square, di tengah kota Damaskus tanggal 18 Mei 1965. Hingga saat ini jenazahnya belum dipulangkan ke Israel.

Sebenarnya banyak agen intelijen Israel (Mossad) yang hebat, namun diantaranya adalah Eli Cohen yang paling fenomenal. Kisah hidupnya di filmkan dengan judul, The Impossible Spy (1987).

Sumber:

“MOSSAD, Menguak Tabir Dinas Intelijen Israel”, penerbit Pustaka Primatama (2007), www.elicohen.org, dan berbagai sumber lainnya.

Sumber : Kompasiana


Tidak ada komentar:

Posting Komentar