Selamat Datang

Selamat Datang, Diharapkan bersedia untuk memberikan komentar dan saran. Terima Kasih

Sabtu, 20 November 2010

METODE-METODE PEKERJAAN SOSIAL

METODE-METODE PEKERJAAN SOSIAL
Oleh: Dorang Luhpuri

Begitu mendengar kata “pekerja sosial”, pada umumnya masyarakat Indonesia akan langsung berpikir tentang seseorang yang baik hati, menolong orang lain, memberi uang dan sebagainya. Ini tidak salah, karena memang Pekerja Sosial belum begitu dikenal oleh masyarakat luas.

Namun, Pekerja Sosial adalah sebuah profesi, yang baru bisa dimiliki/disandang oleh seseorang dengan melalui pendidikan terlebih dahulu, seperti halnya dokter, pengacara, psikolog dan lainnya. Jadi, kiranya persepsi kita terhadap seorang pekerja sosial perlu disesuaikan.

Pekerja Sosial
- Profesional
- Paraprofesional


PEKERJAAN SOSIAL :

ADALAH SUATU BIDANG KEAHLIAN YANG MEMPUNYAI TANGGUNG JAWAB UNTUK MEMPERBAIKI DAN ATAU MENGEMBANGKAN INTERAKSI DIANTARA ORANG DENGAN LINGKUNGAN SOSIAL, SEHINGGA ORANG YANG BERSANGKUTAN MEMILIKI KEMAMPUAN UNTUK MENYELESAIKAN TUGAS-TUGAS KEHIDUPANNYA, MENGATASI KESULITAN-KESULITAN, SERTA MEWUJUDKAN ASPIRASI-ASPIRASI DAN NILAI-NILAI MEREKA.

PEKERJAAN SOSIAL MERUPAKAN KEGIATAN PROFESIONAL YANG MEMBANTU INDIVIDU-INDIVIDU, KELOMPOK-KELOMPOK, ATAUPUN MASYARAKAT UNTUK MENINGKAT-KAN ATAU MEMPERBAIKI KEMAMPUAN MEREKA DALAM BERFUNGSI SOSIAL SERTA MENCIPTAKAN KONDISI MASYARAKAT YANG MEMUNGKINKAN MEREKA UNTUK MENCAPAI TUJUANNYA. (National Association of Social Worker-NASW dalam Zastrow, 1992)


PENGERTIAN LAIN

Lee (1923)
Pekerjaan sosial merupakan seni untuk merubah sikap

Allen Pincus dan Anne Minahan (1973)
Pekerjaan Sosial menekankan pada interaksi antara orang dengan lingkungan sosialnya yang mempengaruhi kemampuan orang untuk menyelesaikan tugas-tugas kehidupannya, meringankan stress, mewujudkan aspirasi dan nilai-nilainya.

HELP PEOPLE TO HELP THEMSELVES
MENOLONG ORANG UNTUK MENOLONG DIRINYA SENDIRI
(TIDAK MENCIPTAKAN KETERGANTUNGAN)


Inti Sasaran Praktek Pekerjaan Sosial adalah :

INTERAKSI ORANG DENGAN LINGKUNGAN SOSIALNYA (ORANG LAIN DAN SISTEM SUMBER)


PERKEMBANGAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL

1. DARI SUKARELA MENJADI STAF YANG DIBAYAR (SAMPAI TAHUN 1915)
    AWAL PEKERJAAN SOSIAL DITEMUKAN PADA GERAKAN-GERAKAN SUKA RELAWAN
    DI AMERIKA SERIKAT. PADA MASA ITU ADA ASUMSI YANG MENYATAKAN INDIVIDU
    DAN KELUARGA DIPELIHARA DAN DIBANTU OLEH MEREKA SENDIRI, KEMUDIAN
    BERKEMBANG DIBANTU JUGA OLEH TEMAN, TETANGGA ATAU MASYARAKAT YANG
    SECARA SUKARELA MEMENUHI KEBUTUHAN MEREKA.
    KEMUDIAN MENJADI LEBIH FORMAL DAN PEKERJAAN SOSIAL MULAI DIAKUI
    SEBAGAI SUATU “PEKERJAAN”

2. MUNCULNYA PEKERJAAN SOSIAL PROFESIONAL (1915-1950)
    TAHUN 1921 MARY RICHMOND MENYARANKAN PERLU ADA KODE ETIK PEKERJAAN
    SOSIAL, UNTUK MEMBEDAKANNYA DENGAN PROFESI LAIN.

3. PENCAPAIAN KONSOLIDASI (1950-1970)
    MULAI DIBENTUK LEMBAGA/ASOSIASI YANG MENGATUR PEKERJAAN SOSIAL.
    SYARAT UNTUK MENJADI PEKERJA SOSIAL HARUSLAH MEMILIKI LATAR BELAKANG
    PENDIDIKAN PROFESIONAL PEKERJAAN SOSIAL.

4. STATUS PEKERJAAN SOSIAL SEBAGAI SUATU PROFESI DEWASA INI
    SEJAK TAHUN 1960 PEKERJAAN SOSIAL SEMAKIN BERKEMBANG PESAT DAN MANTAP
    SEBAGAI PROFESI.

5. DARI SUKARELA MENJADI STAF YANG DIBAYAR (SAMPAI TAHUN 1915)
    AWAL PEKERJAAN SOSIAL DITEMUKAN PADA GERAKAN-GERAKAN SUKARELAWAN
    DI AMERIKA SERIKAT. PADA MASA ITU ADA ASUMSI YANG MENYATAKAN INDIVIDU
    DAN KELUARGA DIPELIHARA DAN DIBANTU OLEH MEREKA SENDIRI, KEMUDIAN
    BERKEMBANG DIBANTU JUGA OLEH TEMAN, TETANGGA ATAU MASYARAKAT YANG
    SECARA SUKARELA MEMENUHI KEBUTUHAN MEREKA.
    KEMUDIAN MENJADI LEBIH FORMAL DAN PEKERJAAN SOSIAL MULAI DIAKUI
    SEBAGAI SUATU “PEKERJAAN”

6. MUNCULNYA PEKERJAAN SOSIAL PROFESIONAL (1915-1950)
    TAHUN 1921 MARY RICHMOND MENYARANKAN PERLU ADA KODE ETIK PEKERJAAN
    SOSIAL, UNTUK MEMBEDAKANNYA DENGAN PROFESI LAIN.

7. PENCAPAIAN KONSOLIDASI (1950-1970)
    MULAI DIBENTUK LEMBAGA/ASOSIASI YANG MENGATUR PEKERJAAN SOSIAL.
    SYARAT UNTUK MENJADI PEKERJA SOSIAL HARUSLAH MEMILIKI LATAR BELAKANG
    PENDIDIKAN PROFESIONAL PEKERJAAN SOSIAL.

8. STATUS PEKERJAAN SOSIAL SEBAGAI SUATU PROFESI DEWASA INI
    SEJAK TAHUN 1960 PEKERJAAN SOSIAL SEMAKIN BERKEMBANG PESAT DAN MANTAP
    SEBAGAI PROFESI.


TUJUAN PEKERJAAN SOSIAL :

1. MENINGKATKAN KEMAMPUAN ORANG UNTUK MENGHADAPI TUGAS-TUGAS
    KEHIDUPAN DAN KEMAMPUAN UNTUK MEMECAHKAN MASALAH-MASALAH YANG
    DIHADAPINYA.

2. MENGKAITKAN ORANG DENGAN SISTEM YANG DAPAT MENYEDIAKAN SUMBER-
    SUMBER, PELAYANAN-PELAYANAN, DAN KESEMPATAN-KESEMPATAN YANG
    DIHADAPINYA.

3. MENINGKATKAN KEMAMPUAN PELAKSANAAN SISTEM TERSEBUT SECARA EFEKTIF
    DAN BERPERIKEMANUSIAAN.

4. MEMBERIKAN SUMBANGAN BAGI PERUBAHAN, PERBAIKAN DAN PERKEMBANGAN
    KEBIJAKAN SERTA PERUNDANG-UNDANGAN.



NILAI-NILAI PEKERJAAN SOSIAL :

1. Keyakinan akan kebaikan, integritas dan kebebasan individu.

2. Keyakinan bahwa individu yang mempunyai kebutuhan ekonomi, pribadi dan social mempunyai hak untuk
    menentukan sendiri mengenai apa yang ia butuhkan dan bagaimana ia akan memenuhi kebutuhan tersebut.

3. Kepercayaan bahwa semua orang mempunyai kesempatan yang sama, tetapi dibatasi oleh kemampuan
    individu yang bersangkutan.

4. Keyakinan bahwa manusia sebagai individu mempunyai hak-hak untuk mendapatkan respek diri,
    kebebasan, penentuan diri dan kesempatan yang sama sesuai dengan tanggung jawab sosialnya terhadap
    diri sendiri, keluarga dan masyarakatnya.

    (Friedlander, 1977).



PRINSIP-PRINSIP PEKERJAAN SOSIAL:

1. INDIVIDUALISASI
2. EKSPRESI PERASAAN YANG BERTUJUAN (KOMUNIKASI)
3. KETERLIBATAN EMOSIONAL YANG TERKONTROL ATAU MAWAS DIRI
4. PENERIMAAN
5. SIKAP TIDAK MENILAI
6. PENENTUAN DIRI SENDIRI (PARTISIPASI)
7. KERAHASIAAN


TAHAPAN DALAM PROSES PERTOLONGAN PEKERJAAN SOSIAL (MAX SIPORIN)

1. ENGAGEMENT, INTAKE AND CONTRACT
    (PROSES KONTAK ANTARA PEKERJA SOSIAL DENGAN CALON KLIEN, PELAMARAN
    UNTUK MENDAPATKAN PELAYANAN, PENENTUAN BAGAIMANA DAN DIMANA
    KEBUTUHAN CALON KLIEN DAN PERSETUJUAN ANTARA KEDUA BELAH
    PIHAK/KONTRAK)

2. ASSESSMENT
    (PENGUNGKAPAN DAN PEMAHAMAN MASALAH KLIEN)

3. PLANNING
    (PERENCANAAN INTERVENSI, APA SAJA YANG AKAN DILAKUKAN DALAM PROSES
    PERTOLONGAN)

4. INTERVENTION (INTERVENSI)

5. EVALUATION AND TERMINATION
    (EVALUASI DAN TERMINASI ATAU PEMUTUSAN INTERVENSI)


Di dalam Pekerjaan Sosial, terdapat beberapa Metode, sebagai berikut

1. PEKERJAAN SOSIAL DENGAN INDIVIDU/KELUARGA (CASE WORK)

    Intinya adalah KONSELING
    • Menciptakan hubungan baik dengan klien
    • Mengekplorasi atau menggali permasalahan secara lebih mendalam
    • Mengekplorasi atau menggali alternatif-alternatif pemecahan masalah

    Tahap-tahap:
     Kesadaran mempunyai masalah
     Menjalin hubungan baik dengan konselor
     Motivasi
     Mengkonseptualisasi masalah
     Mengekplorasi strategi-strategi pemecahan
     Penyelesaian suatu strategi
     Implementasi pemecahan masalah


2. PEKERJAAN SOSIAL DENGAN KELOMPOK (GROUP WORK)

     Menolong klien individu melalui penggunaan kelompok
     Menolong kelompok yang bermasalah
     Kelompok dapat juga terdiri dari orang-orang yang memiliki masalah yang relatif sama
     Kelompok terdiri dari 5-7 orang anggota
     Terdapat berbagai jenis kelompok, misalnya: kelompok Bantu diri, kelompok rekreatif, kelompok
        edukatif, dan sebagainya.


3. PEKERJAAN SOSIAL DENGAN MASYARAKAT 
    (COMMUNITY ORGANISATION & COMMUNITY DEVELOPMENT)

    Rothman dan Tropman (1987) misalnya, membagi pengorganisasian masyarakat ke dalam tiga model
    utama, yaitu:

    1. Model Pengembangan Masyarakat Lokal (Model A),
        Model A, diterapkan pada masyarakat yang mengalami anomi dan kemurungan sosial, didalammnya
        terdapat kesenjangan relasi dan kapasitas dalam memecahkan masalah secara demokratis, dan
        komunitas tradisional yang statis. Tujuan utama model ini adalah untuk meningkatkan kemandirian
        masyarakat, pengembangan kapasitas dan pengintegrasian masyarakat.

    2. Model Perencanaan Sosial (Model B) dan
        Model B, diterapkan pada masyarakat yang memiliki masalah sosial yang lebih jelas, misalnya
        mengalami masalah kesehatan fisik dan mental, perumahan atau permasalahan rekreasional. Model ini
       diarahkan untuk memecahkan masalah dengan memperhatikan permasalahan-permasalahan yang paling
       dianggap penting oleh masyarakat tersebut. Tujuan tugas menjadi orientasi utama dalam penerapan
       model ini.

   3. Aksi Sosial (Model C).
       Model C, diterapkan pada populasi yang dirugikan oleh fihak lain, atau didalamnya terdapat kesenjangan
       sosial, terjadi perampasan hak atau terjadi ketidakadilan. Model diterapkan untuk pengalihan sumber
       daya dan kekuasaan, dan untuk melakukan perubahan istitusi-institusi dasar. Tujuan tugas maupun proses
       dalam model ini, keduanya dianggap sama-sama penting.

    Brager & Holloway (1978 ) juga Brager (1987) membedakan bimbingan sosial masyarakat dengan jenis-  
    jenis teknik intervensi yang didasarkan pada hubungan antara sistem sasaran dengan sistem kegiatan (target
    system dan action system), ke dalam 3 (tiga) jenis teknik (taktik):
  
    1. Kolaborasi (kerjasama)
        a. Implementasi
        b. Capacity Building
            1) Partisipasi :
                Mengacu pada kegiatan-kegiatan yang berupaya untuk melibatkan anggota sistem klien dalam
                usaha perubahan.
            2) Empowerment
                Empowermen adalah proses pelayanan bagi suatu kelompok atau masyarakat, agar memiliki
                pengaruh secara politik atau memiliki otoritas hukum yang relevan. (Barker 1987).

     2. Kampanye (Penyuluhan Sosial)
         Kampanye dalam bahasa sehari-hari para pekerja sosial Indonesia dikenal dengan istilah Penyuluhan
         Sosial.
         a. Teknik Edukasi
         b. Teknik Persuasi:
             1) Cooptation
                 Meminimalisir kemungkinan terjadinya oposisi dengan cara menyerap atau melibatkan anggota-
                 anggota sistem sasaran ke dalam sistem kegiatan. Pelibatan anggota kelomok sasaran secara
                 individual disebut “Informal Cooptation”; sedangkan melibatkan sistem sasaran secara kelompok
                 disebut “Formal Cooptation”.
             2) Lobbying
                 Adalah sebuah bentuk persuasi yang mengarah pada perubahan kebijakan di bawah jelajah sistem      
                 pengendalian. Kegiatan diarahkan pada para elit yang menjadi kunci dalam perumusan kebijakan
                 di dalam suatu tingkat mayarakat tertentu. Sistem perubahan akan menentukan apakah suatu
                 kebijakan diperlukan, harus dihapuskan atau perlu dikembangkan, agar tujuan dapat dicapai. Hal
                 yang penting dipertimbangkan dalam melakukan lobi adalah: faktual dan jujur; tidak berbelit-belit
                dan didukung data; diskusi harus diarahkan pada tinjauan kritis mengenai objek pembicaraan
                (melihat sisi baik maupun buruknya).

         c. Penggunaan Mass media
             Mengembangkan dan menayangkan cerita-cerita yang bernuansa berita ke dalam media-media
             elektronik maupun cetak dengan tujuan untuk mempengaruhi pendapat umum. Teknik ini digunakan
             untuk mendesak para pengambil keputusan untuk menyepakati cara-cara pemecahan masalah yang
             telah teridentifikasi.

   3. Kontes
       Kontest dilakukan apabila sistem sasaran tidak setuju dengan perubahan dan atau alokasi sunber dan
       masih terbuka bagi terjadinya komunikasi mengenai ketidak sepakatan ini.

       Termasuk ke dalam ketegori teknik ini adalah;
       a. Tawar-menawar (Bargaining) dan negosiasi
       b. Aksi masyarakat atau kelompok besar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar