METODE-METODE PEKERJAAN SOSIAL
Oleh: Dorang Luhpuri
Begitu mendengar kata “pekerja sosial”, pada umumnya masyarakat Indonesia akan langsung berpikir tentang seseorang yang baik hati, menolong orang lain, memberi uang dan sebagainya. Ini tidak salah, karena memang Pekerja Sosial belum begitu dikenal oleh masyarakat luas.
Namun, Pekerja Sosial adalah sebuah profesi, yang baru bisa dimiliki/disandang oleh seseorang dengan melalui pendidikan terlebih dahulu, seperti halnya dokter, pengacara, psikolog dan lainnya. Jadi, kiranya persepsi kita terhadap seorang pekerja sosial perlu disesuaikan.
Pekerja Sosial
- Profesional
- Paraprofesional
PEKERJAAN SOSIAL :
ADALAH SUATU BIDANG KEAHLIAN YANG MEMPUNYAI TANGGUNG JAWAB UNTUK MEMPERBAIKI DAN ATAU MENGEMBANGKAN INTERAKSI DIANTARA ORANG DENGAN LINGKUNGAN SOSIAL, SEHINGGA ORANG YANG BERSANGKUTAN MEMILIKI KEMAMPUAN UNTUK MENYELESAIKAN TUGAS-TUGAS KEHIDUPANNYA, MENGATASI KESULITAN-KESULITAN, SERTA MEWUJUDKAN ASPIRASI-ASPIRASI DAN NILAI-NILAI MEREKA.
PEKERJAAN SOSIAL MERUPAKAN KEGIATAN PROFESIONAL YANG MEMBANTU INDIVIDU-INDIVIDU, KELOMPOK-KELOMPOK, ATAUPUN MASYARAKAT UNTUK MENINGKAT-KAN ATAU MEMPERBAIKI KEMAMPUAN MEREKA DALAM BERFUNGSI SOSIAL SERTA MENCIPTAKAN KONDISI MASYARAKAT YANG MEMUNGKINKAN MEREKA UNTUK MENCAPAI TUJUANNYA. (National Association of Social Worker-NASW dalam Zastrow, 1992)
PENGERTIAN LAIN
Lee (1923)
Pekerjaan sosial merupakan seni untuk merubah sikap
Allen Pincus dan Anne Minahan (1973)
Pekerjaan Sosial menekankan pada interaksi antara orang dengan lingkungan sosialnya yang mempengaruhi kemampuan orang untuk menyelesaikan tugas-tugas kehidupannya, meringankan stress, mewujudkan aspirasi dan nilai-nilainya.
HELP PEOPLE TO HELP THEMSELVES
MENOLONG ORANG UNTUK MENOLONG DIRINYA SENDIRI
(TIDAK MENCIPTAKAN KETERGANTUNGAN)
Inti Sasaran Praktek Pekerjaan Sosial adalah :
INTERAKSI ORANG DENGAN LINGKUNGAN SOSIALNYA (ORANG LAIN DAN SISTEM SUMBER)
PERKEMBANGAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL
1. DARI SUKARELA MENJADI STAF YANG DIBAYAR (SAMPAI TAHUN 1915)
AWAL PEKERJAAN SOSIAL DITEMUKAN PADA GERAKAN-GERAKAN SUKA RELAWAN
DI AMERIKA SERIKAT. PADA MASA ITU ADA ASUMSI YANG MENYATAKAN INDIVIDU
DAN KELUARGA DIPELIHARA DAN DIBANTU OLEH MEREKA SENDIRI, KEMUDIAN
BERKEMBANG DIBANTU JUGA OLEH TEMAN, TETANGGA ATAU MASYARAKAT YANG
SECARA SUKARELA MEMENUHI KEBUTUHAN MEREKA.
KEMUDIAN MENJADI LEBIH FORMAL DAN PEKERJAAN SOSIAL MULAI DIAKUI
SEBAGAI SUATU “PEKERJAAN”
2. MUNCULNYA PEKERJAAN SOSIAL PROFESIONAL (1915-1950)
TAHUN 1921 MARY RICHMOND MENYARANKAN PERLU ADA KODE ETIK PEKERJAAN
SOSIAL, UNTUK MEMBEDAKANNYA DENGAN PROFESI LAIN.
3. PENCAPAIAN KONSOLIDASI (1950-1970)
MULAI DIBENTUK LEMBAGA/ASOSIASI YANG MENGATUR PEKERJAAN SOSIAL.
SYARAT UNTUK MENJADI PEKERJA SOSIAL HARUSLAH MEMILIKI LATAR BELAKANG
PENDIDIKAN PROFESIONAL PEKERJAAN SOSIAL.
4. STATUS PEKERJAAN SOSIAL SEBAGAI SUATU PROFESI DEWASA INI
SEJAK TAHUN 1960 PEKERJAAN SOSIAL SEMAKIN BERKEMBANG PESAT DAN MANTAP
SEBAGAI PROFESI.
5. DARI SUKARELA MENJADI STAF YANG DIBAYAR (SAMPAI TAHUN 1915)
AWAL PEKERJAAN SOSIAL DITEMUKAN PADA GERAKAN-GERAKAN SUKARELAWAN
DI AMERIKA SERIKAT. PADA MASA ITU ADA ASUMSI YANG MENYATAKAN INDIVIDU
DAN KELUARGA DIPELIHARA DAN DIBANTU OLEH MEREKA SENDIRI, KEMUDIAN
BERKEMBANG DIBANTU JUGA OLEH TEMAN, TETANGGA ATAU MASYARAKAT YANG
SECARA SUKARELA MEMENUHI KEBUTUHAN MEREKA.
KEMUDIAN MENJADI LEBIH FORMAL DAN PEKERJAAN SOSIAL MULAI DIAKUI
SEBAGAI SUATU “PEKERJAAN”
6. MUNCULNYA PEKERJAAN SOSIAL PROFESIONAL (1915-1950)
TAHUN 1921 MARY RICHMOND MENYARANKAN PERLU ADA KODE ETIK PEKERJAAN
SOSIAL, UNTUK MEMBEDAKANNYA DENGAN PROFESI LAIN.
7. PENCAPAIAN KONSOLIDASI (1950-1970)
MULAI DIBENTUK LEMBAGA/ASOSIASI YANG MENGATUR PEKERJAAN SOSIAL.
SYARAT UNTUK MENJADI PEKERJA SOSIAL HARUSLAH MEMILIKI LATAR BELAKANG
PENDIDIKAN PROFESIONAL PEKERJAAN SOSIAL.
8. STATUS PEKERJAAN SOSIAL SEBAGAI SUATU PROFESI DEWASA INI
SEJAK TAHUN 1960 PEKERJAAN SOSIAL SEMAKIN BERKEMBANG PESAT DAN MANTAP
SEBAGAI PROFESI.
TUJUAN PEKERJAAN SOSIAL :
1. MENINGKATKAN KEMAMPUAN ORANG UNTUK MENGHADAPI TUGAS-TUGAS
KEHIDUPAN DAN KEMAMPUAN UNTUK MEMECAHKAN MASALAH-MASALAH YANG
DIHADAPINYA.
2. MENGKAITKAN ORANG DENGAN SISTEM YANG DAPAT MENYEDIAKAN SUMBER-
SUMBER, PELAYANAN-PELAYANAN, DAN KESEMPATAN-KESEMPATAN YANG
DIHADAPINYA.
3. MENINGKATKAN KEMAMPUAN PELAKSANAAN SISTEM TERSEBUT SECARA EFEKTIF
DAN BERPERIKEMANUSIAAN.
4. MEMBERIKAN SUMBANGAN BAGI PERUBAHAN, PERBAIKAN DAN PERKEMBANGAN
KEBIJAKAN SERTA PERUNDANG-UNDANGAN.
NILAI-NILAI PEKERJAAN SOSIAL :
1. Keyakinan akan kebaikan, integritas dan kebebasan individu.
2. Keyakinan bahwa individu yang mempunyai kebutuhan ekonomi, pribadi dan social mempunyai hak untuk
menentukan sendiri mengenai apa yang ia butuhkan dan bagaimana ia akan memenuhi kebutuhan tersebut.
3. Kepercayaan bahwa semua orang mempunyai kesempatan yang sama, tetapi dibatasi oleh kemampuan
individu yang bersangkutan.
4. Keyakinan bahwa manusia sebagai individu mempunyai hak-hak untuk mendapatkan respek diri,
kebebasan, penentuan diri dan kesempatan yang sama sesuai dengan tanggung jawab sosialnya terhadap
diri sendiri, keluarga dan masyarakatnya.
(Friedlander, 1977).
PRINSIP-PRINSIP PEKERJAAN SOSIAL:
1. INDIVIDUALISASI
2. EKSPRESI PERASAAN YANG BERTUJUAN (KOMUNIKASI)
3. KETERLIBATAN EMOSIONAL YANG TERKONTROL ATAU MAWAS DIRI
4. PENERIMAAN
5. SIKAP TIDAK MENILAI
6. PENENTUAN DIRI SENDIRI (PARTISIPASI)
7. KERAHASIAAN
TAHAPAN DALAM PROSES PERTOLONGAN PEKERJAAN SOSIAL (MAX SIPORIN)
1. ENGAGEMENT, INTAKE AND CONTRACT
(PROSES KONTAK ANTARA PEKERJA SOSIAL DENGAN CALON KLIEN, PELAMARAN
UNTUK MENDAPATKAN PELAYANAN, PENENTUAN BAGAIMANA DAN DIMANA
KEBUTUHAN CALON KLIEN DAN PERSETUJUAN ANTARA KEDUA BELAH
PIHAK/KONTRAK)
2. ASSESSMENT
(PENGUNGKAPAN DAN PEMAHAMAN MASALAH KLIEN)
3. PLANNING
(PERENCANAAN INTERVENSI, APA SAJA YANG AKAN DILAKUKAN DALAM PROSES
PERTOLONGAN)
4. INTERVENTION (INTERVENSI)
5. EVALUATION AND TERMINATION
(EVALUASI DAN TERMINASI ATAU PEMUTUSAN INTERVENSI)
Di dalam Pekerjaan Sosial, terdapat beberapa Metode, sebagai berikut
1. PEKERJAAN SOSIAL DENGAN INDIVIDU/KELUARGA (CASE WORK)
Intinya adalah KONSELING
• Menciptakan hubungan baik dengan klien
• Mengekplorasi atau menggali permasalahan secara lebih mendalam
• Mengekplorasi atau menggali alternatif-alternatif pemecahan masalah
Tahap-tahap:
Kesadaran mempunyai masalah
Menjalin hubungan baik dengan konselor
Motivasi
Mengkonseptualisasi masalah
Mengekplorasi strategi-strategi pemecahan
Penyelesaian suatu strategi
Implementasi pemecahan masalah
2. PEKERJAAN SOSIAL DENGAN KELOMPOK (GROUP WORK)
Menolong klien individu melalui penggunaan kelompok
Menolong kelompok yang bermasalah
Kelompok dapat juga terdiri dari orang-orang yang memiliki masalah yang relatif sama
Kelompok terdiri dari 5-7 orang anggota
Terdapat berbagai jenis kelompok, misalnya: kelompok Bantu diri, kelompok rekreatif, kelompok
edukatif, dan sebagainya.
3. PEKERJAAN SOSIAL DENGAN MASYARAKAT
(COMMUNITY ORGANISATION & COMMUNITY DEVELOPMENT)
Rothman dan Tropman (1987) misalnya, membagi pengorganisasian masyarakat ke dalam tiga model
utama, yaitu:
1. Model Pengembangan Masyarakat Lokal (Model A),
Model A, diterapkan pada masyarakat yang mengalami anomi dan kemurungan sosial, didalammnya
terdapat kesenjangan relasi dan kapasitas dalam memecahkan masalah secara demokratis, dan
komunitas tradisional yang statis. Tujuan utama model ini adalah untuk meningkatkan kemandirian
masyarakat, pengembangan kapasitas dan pengintegrasian masyarakat.
2. Model Perencanaan Sosial (Model B) dan
Model B, diterapkan pada masyarakat yang memiliki masalah sosial yang lebih jelas, misalnya
mengalami masalah kesehatan fisik dan mental, perumahan atau permasalahan rekreasional. Model ini
diarahkan untuk memecahkan masalah dengan memperhatikan permasalahan-permasalahan yang paling
dianggap penting oleh masyarakat tersebut. Tujuan tugas menjadi orientasi utama dalam penerapan
model ini.
3. Aksi Sosial (Model C).
Model C, diterapkan pada populasi yang dirugikan oleh fihak lain, atau didalamnya terdapat kesenjangan
sosial, terjadi perampasan hak atau terjadi ketidakadilan. Model diterapkan untuk pengalihan sumber
daya dan kekuasaan, dan untuk melakukan perubahan istitusi-institusi dasar. Tujuan tugas maupun proses
dalam model ini, keduanya dianggap sama-sama penting.
Brager & Holloway (1978 ) juga Brager (1987) membedakan bimbingan sosial masyarakat dengan jenis-
jenis teknik intervensi yang didasarkan pada hubungan antara sistem sasaran dengan sistem kegiatan (target
system dan action system), ke dalam 3 (tiga) jenis teknik (taktik):
1. Kolaborasi (kerjasama)
a. Implementasi
b. Capacity Building
1) Partisipasi :
Mengacu pada kegiatan-kegiatan yang berupaya untuk melibatkan anggota sistem klien dalam
usaha perubahan.
2) Empowerment
Empowermen adalah proses pelayanan bagi suatu kelompok atau masyarakat, agar memiliki
pengaruh secara politik atau memiliki otoritas hukum yang relevan. (Barker 1987).
2. Kampanye (Penyuluhan Sosial)
Kampanye dalam bahasa sehari-hari para pekerja sosial Indonesia dikenal dengan istilah Penyuluhan
Sosial.
a. Teknik Edukasi
b. Teknik Persuasi:
1) Cooptation
Meminimalisir kemungkinan terjadinya oposisi dengan cara menyerap atau melibatkan anggota-
anggota sistem sasaran ke dalam sistem kegiatan. Pelibatan anggota kelomok sasaran secara
individual disebut “Informal Cooptation”; sedangkan melibatkan sistem sasaran secara kelompok
disebut “Formal Cooptation”.
2) Lobbying
Adalah sebuah bentuk persuasi yang mengarah pada perubahan kebijakan di bawah jelajah sistem
pengendalian. Kegiatan diarahkan pada para elit yang menjadi kunci dalam perumusan kebijakan
di dalam suatu tingkat mayarakat tertentu. Sistem perubahan akan menentukan apakah suatu
kebijakan diperlukan, harus dihapuskan atau perlu dikembangkan, agar tujuan dapat dicapai. Hal
yang penting dipertimbangkan dalam melakukan lobi adalah: faktual dan jujur; tidak berbelit-belit
dan didukung data; diskusi harus diarahkan pada tinjauan kritis mengenai objek pembicaraan
(melihat sisi baik maupun buruknya).
c. Penggunaan Mass media
Mengembangkan dan menayangkan cerita-cerita yang bernuansa berita ke dalam media-media
elektronik maupun cetak dengan tujuan untuk mempengaruhi pendapat umum. Teknik ini digunakan
untuk mendesak para pengambil keputusan untuk menyepakati cara-cara pemecahan masalah yang
telah teridentifikasi.
3. Kontes
Kontest dilakukan apabila sistem sasaran tidak setuju dengan perubahan dan atau alokasi sunber dan
masih terbuka bagi terjadinya komunikasi mengenai ketidak sepakatan ini.
Termasuk ke dalam ketegori teknik ini adalah;
a. Tawar-menawar (Bargaining) dan negosiasi
b. Aksi masyarakat atau kelompok besar
Selamat Datang
Selamat Datang, Diharapkan bersedia untuk memberikan komentar dan saran. Terima Kasih
Sabtu, 20 November 2010
METODE-METODE PEKERJAAN SOSIAL
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar