Perjalanan antar pulau mungkin tidak asing lagi bagi kita yang tinggal di Negara RI ini, dimana wilayahnya terdiri dari beribu-ribu pulau. Seperti antara pulau sumatera ke pulau jawa dan juga sebaliknya, sangat padat “trafficnya”, dapat dilihat berita-berita yang ada di TV-TV dan media yang lainnya tentang bagaimana macetnya (tgl 2 maret 2011 sampai 17 KM, sumber Metrotv) jalan menuju pelabuhan Merak dikarena sarana penyeberangan (KMP) yang tersedia tidak memadai (kekurangan armada), alasan-alasan pihak yang berwenang dikarenakan kapal-kapal yang ada banyak yang dilakukan perbaikan, perawatan dan lain sebagainya. Padahal menurut saya kalau dipersiapkan secara baik kejadian seperti dapat dihindari. Pihak-pihak yang tidak dapat menyeberang secara lancar diperkirakan telah menanggung kerugian mencapai sekitar lebih dari Rp. 2 Trilyun (kalau dibelikan kerupuk dapat berapa kilometer ya? “meminjam istilah orang-orang yang menghitung kerugian dialami oleh pemerintah karena menyelamatkan Bank Century” note…apa benar pemerintah rugi karena menyelamatkan Bank Century…??? Rugi atau tidaknya pemerintah namun yang jelas banyak masyarakat yang menyimpang uanggya diBank tersebut samapai saat ini uangnya belum kembali atau bahkan mungkin tidak akan kembali lagi).
Perjalanan saya ini mungkin tidaklah menarik (menurut saya juga begitu), namun daripada tidak ada yang ditulis dan hitung-hitung belajar menulis daripada bengong nanti digigit anjing ompong (kalau tidak salah kata melisa yang populer karena menyayikan lagu “abang tukang bakso”, coba saya yang menyanyikannya terlebih dahulu mungkin lebih populer dari melisa he he he).
Saya seorang dari banyak orang yang menyeberang kepulau jawa dengan tujuan yang saya rasa mungkin hampir sama dengan banyak orang tersebut (bisa ditebakan??). Berangkat dari salah satu propinsi yang ada dipulau sumatera dengan menggunakan transportasi darat (Bus). Saya memilih transportasi ini dengan berbagai alasan, disamping murah (banyak yang banting harga karena persaingan dengan transportasi udara), saya dapat menikmati panorama perjalanan pesisir, mengetahui daerah orang dan lain sebagainya. Namun perjalanan darat ini harus saya bayar dengan badan yang pegal-pegal dan capek.
Perjalanan ini saya mulai dari pemberangkatan diloket bus, katanya berangkat jam 9…eh gak tahunya baru berangkat jam 10, kemudian setelah keluar dari loket masih berkeliling dulu mencari penumpang, akhirnya saya baru berangkat sekitar hampir jam 11 (sangat berbeda dengan angkutan yang pernah saya rasakan dari Soetta ke BSM (tahukan BUS apa ??), berangkatnya “on time”, gak berhenti2 cari penumpang lagi dll.
Selama dalam perjalanan ada beberapa yang saya alami dan lihat seperti, banyak sekali jalan-jalan yang rusak parah, pungli (pungutan liar) baik dari warga masyarakat maupun oknum2 yang ada dijalan. Supir bus juga kadangkala membuat saya jengkel, seperti merokok didalam bus yang ber-ac (namun ini saya maklumi mungkin karena biar tidak mengantuk meskipun kadangkala membuat saya juga merasakan mual-mual), kemudian menggunakan HP (handphone) baik SMS maupun menelpon dan menerima telpon, padahal didalam mobil tersebut sudah jelas-jelas tertulis yang kira-kira tulisannya seperti ini, “tegur dan laporkan apabila ada supir yang menggunakan HP dst…”
Memasuki malam hari panorama perjalanan yang dapat saya saksikan pada siang hari tidak dapat lagi dinikmati, namun mata saya belum dapat diajak untuk beristirahat dengan lelap meskipun kadangkala juga tertidur. Jika tidak tertidur saya kadangkala mendengarkan apa yang dibicarakan oleh supir dan kernetnya (maklum saya duduk 2 bangku dibelakang supir), mulai dari itu, ini, anu dan sampai pada istilah “ngemil”, istilah lain daripada “pungli”. Ngemil ini banyak terjadi pada malam hari (mungkin biar tidak terlalu terlihat dan masih malu2 dan siang hari juga kadang2 ada juga) yang dilakukan oleh supir-supir angkutan terutama barang sampai supir angkutan penumpang yang berplat nomor hitam. Kalau untuk supir angkutan penumpang yang berplat hitam mungkin anda juga tahu…jawabannya kalau tidak salah adalah “Ilegal” itulah mungkin mereka ngemil. Namun untuk supir angkutan barang saya tidak tahu mengapa mereka ngemil??? Ada yang tahu ???.........kalau menurut saya mungkin karena bebannya yang lebih, namun kalau bebannya yang lebih tahu darimana??? Kan gak ditimbang (meskipun kalaupun ditimbang kata supir itu juga tetap ngemil)??? Kalau hanya sekedar dilihat dari banyaknya barang yang diangkut tidak tepat juga, misalnya muatannya penuh namun jika isinya “kerupuk” semua..nah loe…balik lagi pada kerupuk nih.
Fajar Di Bakauheni
Salah satu pulau yang terdapat di selat Sunda
Bersambung………
wah saya pingin banget nyeberang ke Selat Sunda sambil liat gunung Krakatau, tapi kapan ya bisa terlaksana.. met dini hari Pak..
BalasHapusSalam hangat dari Jember
bener banget tuh..........saya pengen kesana jadinya....waduh...penasaran
BalasHapuswuiihhh keren banget ceritanya..
BalasHapuslain kali ajak-ajak saya bang kalau mau balik ke bengkulu, sekalian di ongkosin.. he he :D
Lozz akbar : waktu saya nyeberang kemarin gunung anak krakataunya gak kelihatan (atau barangkali saya yg gak tahu, maklum merupakan penyeberangan yang pertama)
BalasHapusBlackbox : biar gak mati penasaran...sepertinya harus dicoba, he3
Kang Awal : Hadiah dan Pajak ditanggung pemenang, he3
tes
BalasHapusbuka disini