Waduk Jatigede adalah waduk yang dibuat pada suatu wilayah yang terletak sekitar 40 kilometer dari kota Sumedang Jawa Barat. Rencana pembangunan waduk ini diawali dengan menghimpun informasi dan menyusun rencana pengembangan Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk sekitar tahun 1963. Pada tahun itu juga, RJ Anderson, seorang geolog dari Amerika Serikat, mempublikasikan hasil penelitiannya.
Bagian Depan DAM
Bagian Belakang DAM
Dalam laporannya, Interim Report of Engineering Geological Studies of Dam Site on the Cimanuk River, Darmaraja Proyect West Java, ia mengungkapkan kondisi geologi di beberapa dam site yang direncanakan sepanjang Cimanuk. Tiga tahun kemudian menyusul laporannya bertajuk Recent Faulting of Proposed Dan Site in the Eretan Area, West Java, Indonesia. Sejak itu, tanda-tanda pembangunan Waduk Jatigede makin konkret. Dengan bantuan IDA, kemudian ditunjuk Netherlands Engineering Consultants (NEDECO)-Snowy Mountains Engineering Corporation (SMEC) sebagai konsultan (1972-1973) yang meneliti kemungkinan adanya potensi waduk sepanjang Cimanuk dan anak sungainya. Dari 17 lokasi yang distudi, ternyata dari enam lokasi yang memungkinkan dan layak untuk dibangun waduk, dan terpilih Jatigede. Bulan Juli 1978, pembuatan desainnya diselesaikan. Dengan luas genangan 4.900 hektar, waduk ini direncanakan menampung 1,28 miliar meter kubik air. Untuk itu, di daerah yang bernama Jatigede akan dibangun bendungan tipe rock fill setinggi 120 meter dan lebar 12 meter, dengan panjang badan bendungan 1.600 meter. Di atas kertas, pembangunan waduk tersebut membutuhkan waktu lebih kurang delapan tahun. Berdasarkan rencana yang sudah disusun, mulai pertengahan sampai akhir tahun 1981, pembangunannya diawali dengan kegiatan rencana teknis fasilitas dan prasarana. Kegiatan proyek tersebut kemudian dilanjutkan dengan perencanaan kembali saluran pengolah dan coffer dam yang dikerjakan sejak pertengahan tahun 1981 sampai pertengahan tahun 1982. Selama tahun 1982 dibuat rencana teknis dam dan spill way sehingga mulai pertengahan tahun itu pula pekerjaan proyek dilanjutkan dengan dimulainya pembebasan tanah milik masyarakat. Bersamaan dengan pelaksanaan pembebasan tanah, pada pertengahan tahun 1983, dimulai pembangunan konstruksi jalan masuk, fasilitas subproyek Jatigede, dan pembuatan saluran pengelak yang pembangunannya direncanakan selesai pada pertengahan tahun 1985. Mulai pertengahan tahun 1985, selama setahun direncanakan pembangunan coffer dam. Karena itu, sejak pertengahan tahun itu pula dimulai pembangunan dam utama yang dilakukan bersamaan dengan pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Sehingga menjelang akhir tahun 1989 mulai dilakukan penggenangan waduk yang ditandai dengan penutupan saluran pengelak. Tetapi dalam praktiknya, sebagian besar rencana tersebut hanya menjadi arsip di atas kertas. Buktinya, setelah lebih dari dua dasawarsa, rencana tersebut tidak pernah menjadi kenyataan.
Sampai dengan bulan oktober tahun 2011 sewaktu saya pergi kesana proyek ini belum juga selesai.Dirangkum dari berbagai sumber.
Pak Dolly bisa sharing source mengenai waduk jatigede khususnya report RJ Anderson untuk bahan penelitian saya. Salam.
BalasHapus